Semarak Gas 'Pengganti' LPG, Bakrie Group Bangun Tahun 2024

Pratama Guitarra, CNBC Indonesia
Rabu, 26/01/2022 15:25 WIB
Foto: Presdien Joko Widodo (Jokowi) Saat Groundbreaking Proyek Hilirisasi Batu Bara Menjadi Dimetil Eter, Kab. Muara Enim, Senin (24/1/222). (Foto: BPMI Setpres)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pada Senin (24/1/2022) meresmikan groundbreaking pembangunan hilirisasi batu bara menjadi Dimetil Eter (DME) atau gasifikasi batu bara sebagai 'pengganti' Liquifed Petroleum Gas (LPG) milik PT Pertamina (Persero) bekerjasama dengan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan Air Products & Chemical Inc (APCI) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.

Proyek Strategis Nasional (PSN) itu, dengan mendatangkan investasi asing dari APCI sebesar US$ 2,1 miliar atau setara Rp 30 Triliun.

Dengan utilisasi 6 juta ton batu bara per tahun, proyek ini dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun untuk mengurangi impor LPG 1 juta ton per tahun.


Ternyata tak hanya PT Pertamina dan PTBA saja yang akan membangun hilirisasi. PT Kaltim Prima Coal dan PT Arutmin Indonesia yang merupakan bagian dari PT Bumi Resources Tbk (BUMI) atau Bakrie Group ini juga memiliki rencana akan membangun gasifikasi batu bara itu.

Maklum pembangunan 'Pengganti' LPG ini semarak. Karena memang sudah diamanatkan dalam Undang-Undang (UU) No. 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

Direktur PT Bumi Resources Tbk (BUMI), Dileep Srivastava menyampaikan bahwa pembangunan hilirisasi batu bara untuk KPC akan dibangun pada akhir tahun 2024 dan kemungkinan setahun setelah itu juga akan dibangun hilirisasi batu bara untuk Arutmin Indonesia.

"KPC sudah dimulai dan Arutmin dalam tahap kelayakan akhir," ungkap Dileep kepada CNBC Indonesia, Rabu (26/1/2022). Sayangnya Dileep tidak menjelaskan detil berapa kapasitas gasifikasi batu bara tersebut.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Dadan Kusdiana membenarkan bawha KPC dan Arutmin akan membangun gasifikasi baru bara tersebut. "Ada dua yang tertarik saat ini dalam catatan kami. Yakni KPC dan Arutmin, di dalam perencanaan kerja mereka juga masuk (proyek hilirisasi ini)," terang Dadan kepada CNBC Indonesia.

Sayang Dadan enggan menjelaskan detil berapa kapasitas gasifikasi batu bara yang akan dibangun kedua perusahaan Bakrie Gorup itu. Yang terang, kata Dadan bahwa kedua perusahaan akan mengembangkan produk turunan dari batu bara menjadi metanol.

"Memang dalam prosesnya metanol di konversi menjadi DME, dua perusahaan ini rencananya itu ada yang samapi metanol dan juga DME. Tapi tidak terlalu sulit mengkonversi metanol ke DME," ungkap Dadan

Namun sebelumnya, Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia sempat melongok keberadaan proyek gasifikasi batu bara itu.

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa peninjauan langsung ke lokasi proyek untuk memastikan perusahaan telah melakukan hilirisasi sebagai syarat perpanjangan kontrak KPC. Selain itu, peninjauan juga dilakukan ke area tambang untuk memastikan keseimbangan lingkungan serta bagaimana jalannya investasi di wilayah Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Dalam catatan CNBC Indonesia, pengolahan batu bara menjadi metanol yang dilakukan oleh KPC atau Arutmin akan dilakukan oleh PT Air Products East Kalimantan (PT APEK), yang merupakan perusahaan patungan (joint venture) antara Air Products dengan PT Bakrie Capital Indonesia Group dan PT Ithaca Resources.

PT APEK, bergerak dalam bidang usaha industri gasifikasi batu bara menjadi metanol, memiliki rencana investasi sebesar Rp 33 triliun dan target kapasitas produksi sebesar 1,8 juta ton metanol per tahun. Proyek ini ditargetkan beroperasi komersial pada kuartal IV 2024.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: MIP Masih Dikaji, ESDM Tegaskan Tak Ada Insentif DMO Batu Bara