Internasional

Takbir, Ada Studi 'Melegakan' Lagi dari AS soal Omicron

sef, CNBC Indonesia
26 January 2022 07:30
Ilustrasi Covid-19 (Photo by CDC on Unsplash)
Foto: Ilustrasi Covid-19 (Photo by CDC on Unsplash)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah studi melegakan kembali dirilis soal Omicron. Kali ini datang dari Amerika Serikat (AS).

Omicron diyakini menghasilkan Covid-19 yang lebih ringan dari yang selama ini terlihat. Termasuk varian Delta.

Memang Omicron menyebar lebih cepat. Ia tetap perlu diantisipasi karena bisa menyebabkan rekor jumlah infeksi dan rahat inap, yang pasti membebani sistem perawatan.

Tapi, masa rawat inap relatif lebih pendek. "Lebih sedikit kebutuhan untuk perawatan intensif dan lebih sedikit kematian," tulis studi Morbidity and Mortality Weekly Report, yang diterbitkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC). 

Penelitian ini menunjukkan bagaimana persentase pasien rawat inap yang dirawat di unit perawatan intensif (ICU). Kasus kini, sekitar 29% lebih rendah daripada gelombang Covid-19 musim dingin 2020.

"Ini juga sekitar 26% lebih rendah daripada selama gelombang," bunyi laporan itu.

Namun perlu dicatat, tingkat keparahan penyakit yang lebih rendah selama periode Omicron kemungkinan terkait tiga hal. Yakni cakupan vaksinasi yang lebih tinggi, penggunaan booster di antara mereka yang memenuhi syarat untuk mendapatkan suntikan tambahan, serta infeksi sebelumnya yang memberikan perlindungan kekebalan.

Kematian saat gelombang Omicron menyerang, 19 Desember hingga 15 Januari, rata-rata 9 per 1.000 kasus Covid. Ini beda jika dibandingkan puncak gelombang musim dingin 2020, 16 per 1.000 dan 13 selama gelombang Delta.

"Temuan ini konsisten dengan analisis data sebelumnya dari Afrika Selatan, Inggris dan Skotlandia, di mana infeksi dari Omicron memuncak lebih awal daripada di Amerika Serikat," kata CDC.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Warga RI Harap Tenang, Berderet 'Kabar Baik' Terkait Omicron

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular