Negara Ini Sengaja Pindah Ibu Kota Buat Langgengkan Takhta!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 January 2022 16:35
Desain Istana Kepresidenan di Ibu Kota Baru di Kalimantan Timur  (Tangkapan Layar Instagram @nyoman_nuarta)
Foto: Desain Istana Kepresidenan di Ibu Kota Baru di Kalimantan Timur (Tangkapan Layar Instagram @nyoman_nuarta)

Jakarta, CNBC Indonesia - Akhirnya resmi. Indonesia bakal punya ibu kota baru di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Tempat ini akan diberi nama Nusantara.

Soal memindah ibu kota, Indonesia bukan yang pertama. Setidaknya ada dua negara tetangga yang melakukan hal serupa, atau agak serupa.

Pertama adalah Malaysia. Pada 2019, pemerintah di Negeri Harimau Malaya memutuskan memindah pusat pemerintahan ke Putrajaya, tidak jauh dari ibu kota Kuala Lumpur.

Secara teknis, Malaysia tidak memindah ibu kota. Sesuai konstitusi, Kuala Lumpur masih menjadi ibu kota negara.

Putrajaya hanya difungsikan sebagai pusat pemerintahan yang baru. Pemindahan ini dilakukan untuk mengurangi beban lingkungan, sosial, dan ekonomi di Kuala Lumpur.

Dengan statusnya yang hanya pusat pemerintahan, Putrajaya tidak menanggung beban terlampau berat. Dari sisi populasi, jumlah penduduk Putrajaya memang terus meningkat.

Pada 2010, jumlah penduduk Putrajaya adalah sekitar 70.000 orang. Pada 2020 jumlahnya bertambah menjadi 110.000 orang. Artinya dalam 10 tahun terjadi pertumbuhan 57,14%.

Secara nominal, laju itu memang signifikan. Namun kita harus membandingkan dengan jumlah penduduk Malaysia secara keseluruhan.

Pada 2020, populasi Malaysia adalah 32,58 juta. Artinya populasi Putrajaya hanya 0,34% dari total penduduk Negeri Jiran. Selama periode 2010-2020, rata-rata proporsi populasi Putrajaya terhadap keseluruhan Malaysia hanya 0,28%.

Kedua adalah Myanmar. Pada 2005, pemerintah Negeri Burma memindahkan ibu kota dari Yangon ke Naypidaw. Bukan seperti Malaysia, Myanmar benar-benar memindahkan ibu kota, bukan hanya pusat pemerintahan.

Naypidaw adalah kota terbesar ketiga di Myanmar. Luas kota ini mencapai 70.571 km persegi. Namun penduduknya hanya 1,16 juta jiwa, berdasarkan sensus 2014.

Jadi tingkat kepadatan penduduknya sangat longgar yaitu 16,44 orang/km persegi. Luas Naypidaw 4,5 kali London, tetapi penduduk Naypidaw hanya sekitar 12% dari ibu kota Inggris tersebut.

Kondisi ini membuat Naypidaw terasa kosong bak kota hantu. Jalanan kosong adalah pemandangan sehari-hari.

Pemerintah Myanmar berdalih pemindahan ibu kota karena alasan klasik, Yangon sudah terlalu padat. Namun sejumlah pihak mengendus maksud lain.

Myanmar adalah negara dengan iklim politik yang tidak stabil. Junta militer yang berkuasa terus dirongrong oleh kekuatan pro-demokrasi. Tahun lalu, aksi demonstrasi besar-besaran melanda Yangon yang bahkan hingga memakan korban jiwa. Bagaimana pun, Yangon masih menjadi kota terbesar dan terpadat di Myanmar.

Namun sekitar 362 km dari Yangon, di Naypidaw, situasi begitu sunyi. Nah, kondisi inilah yang ditengarai diinginkan oleh penguasa. Tenang, damai, jauh dari protes. Kursi kekuasaan lebih aman jika jauh dari ancaman.

HALAMAN SELANJUTNYA >> Di Negara Ini, Pindah Ibu Kota Cuma Buat Amankan Takhta

Masih di Asia, ada negara lain yang juga memindahkan ibu kota yaitu Kazakhstan. Negara ini adalah bekas wilayah Uni Soviet yang terletak di Asia Tengah.

Awalnya ibu kota Kazakhstan adalah Almaty. Namun pada 1997, Kazakhstan memindahkan ibu kota ke Astana. Pada Maret 2019, Astana berganti nama menjadi Nur-Sultan sebagai penghormatan kepada mantan Presiden Nursultan Nazarbayev, yang berkuasa pada 1990-2019.

Secara resmi, lagi-lagi alasan klasik menjadi faktor pemindahan ibu kota di Kazakhstan. Almaty, yang masih berstatus sebagai kota terbesar, sudah terlalu ramai. Satu lagi, kota itu rawan gempa bumi.

Namun berbagai pihak punya pandangan lain. Mirip dengan di Myanmar, pemindahan ibu kota ke lokasi yang jauh dipandang sebagai langkah rezim untuk mengamankan kekuasaan. Di tempat yang antah berantah, kekuasaan Nazarbayev semakin tak terbantah. Tidak ada yang melawan.

Beralih ke Benua Afrika, ada pula negara yang tengah berencana memindahkan ibu kota yakni Guaya Khatulistiwa. Saat ini ibu kota Guyana Khatulistiwa adalah Malabo, tetapi nantinya bakal pindah ke Oyala.

Keputusan untuk pidah ibu kota diambil oleh Presiden Teodoro Obiang Nguema Mbasogo pada 2017. Sebagai catatan, Nguema sudah berkuasa selama 42 tahun. Sejak merdeka pada 1968, Guaya Khatulistiwa baru punya dua presiden dan Obiang jadi yang kedua.

Jadi seperti di Myanmar dan Kazakhstan, motif pemindahan ibu kota Guyana Khatulistiwa pun berbau 'busuk' yaitu untuk melanggengkan kekuasaan. Di tempat yang jauh dari konsentrasi penduduk, Obiang bisa tenang dan aman dari kudeta atau protes yang bisa mengancam kekuasaannya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular