
Negara Ini Sengaja Pindah Ibu Kota Buat Langgengkan Takhta!

Masih di Asia, ada negara lain yang juga memindahkan ibu kota yaitu Kazakhstan. Negara ini adalah bekas wilayah Uni Soviet yang terletak di Asia Tengah.
Awalnya ibu kota Kazakhstan adalah Almaty. Namun pada 1997, Kazakhstan memindahkan ibu kota ke Astana. Pada Maret 2019, Astana berganti nama menjadi Nur-Sultan sebagai penghormatan kepada mantan Presiden Nursultan Nazarbayev, yang berkuasa pada 1990-2019.
Secara resmi, lagi-lagi alasan klasik menjadi faktor pemindahan ibu kota di Kazakhstan. Almaty, yang masih berstatus sebagai kota terbesar, sudah terlalu ramai. Satu lagi, kota itu rawan gempa bumi.
Namun berbagai pihak punya pandangan lain. Mirip dengan di Myanmar, pemindahan ibu kota ke lokasi yang jauh dipandang sebagai langkah rezim untuk mengamankan kekuasaan. Di tempat yang antah berantah, kekuasaan Nazarbayev semakin tak terbantah. Tidak ada yang melawan.
Beralih ke Benua Afrika, ada pula negara yang tengah berencana memindahkan ibu kota yakni Guaya Khatulistiwa. Saat ini ibu kota Guyana Khatulistiwa adalah Malabo, tetapi nantinya bakal pindah ke Oyala.
Keputusan untuk pidah ibu kota diambil oleh Presiden Teodoro Obiang Nguema Mbasogo pada 2017. Sebagai catatan, Nguema sudah berkuasa selama 42 tahun. Sejak merdeka pada 1968, Guaya Khatulistiwa baru punya dua presiden dan Obiang jadi yang kedua.
Jadi seperti di Myanmar dan Kazakhstan, motif pemindahan ibu kota Guyana Khatulistiwa pun berbau 'busuk' yaitu untuk melanggengkan kekuasaan. Di tempat yang jauh dari konsentrasi penduduk, Obiang bisa tenang dan aman dari kudeta atau protes yang bisa mengancam kekuasaannya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)