Duh! Ekonomi China Diramal Terus Turun, Rada Serem Buat RI

MAIKEL JEFRIANDO & Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
Rabu, 19/01/2022 11:16 WIB
Foto: Kontainer terlihat di Pelabuhan Air Dalam Yangshan di Shanghai, China (6/8/2021). (REUTERS/Aly Song)

Jakarta, CNBC Indonesia - Realisasi ekonomi China di akhir 2021 tidak seperti yang diharapkan. Meskipun secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi mencapai 8,1%, namun pada kuartal IV terealisasi 4% atau lebih rendah dari bulan sebelumnya.

Hal ini disebabkan oleh hantaman covid-19 varian omicron yang menyebabkan beberapa tempat dilakukan penguncian alias lockdown. Di sisi lain para properti dijauhi investor akibat gagal bayar dari raksasa properti Evergrande.


Pelemahan ini diperkirakan akan berlanjut pada kuartal I-2022. Walaupun ada sedikit optimisme, seiring kebijakan pelonggaran moneter dan stimulus fiskal oleh pemerintahan Presiden Xi Jinping.

"Kami memperkirakan perlambatan pertumbuhan lebih lanjut menjadi 2,9% y-o-y di Q1," tulis Nomura dalam risetnya yang dikutip CNBC Indonesia, Rabu (19/1/2022)

Kekhawatiran akan perlambatan ekonomi China sempat diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati beberapa waktu lalu. Apalagi kini PMI Manufaktur China yang berada di level 49,9 atau di bawah level yang dianggap ekspansif.

"Yang perlu diwaspadai China masuk di bawah 50, tidak ekspansi," ujarnya.

China merupakan negara dengan ukuran ekonomi terbesar kedua di dunia. Penurunan ekonomi negeri tirai bambu tersebut akan membuat pengaruh besar terhadap banyak negara di dunia. Termasuk Indonesia yang menjadi mitra dagang utama China.

"Ini akan pengaruhi ekonomi global 2021," imbuhnya.

Dampak perlambatan ekonomi China ke Indonesia sudah terlihat pada akhir tahun lalu. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penuruan ekspor ke China sebesar US$ 310 juta pada Desember 2021. Khususnya pada kelompok ekspor bahan bakar mineral, juga minyak dan lemak nabati.

Meski pemerintah China memutar arah kebijakan, menjadi pelonggaran, namun diperkirakan tidak akan banyak berpengaruh terhadap permintaan.

"Shifting policy-nya China tidak akan banyak berpengaruh terhadap permintaan barang-barang Indonesia," kata Ekonom Core Piter Abdullah kepada CNBC Indonesia.


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: AMRO Ungkap Risiko Pembengkakan Rasio Utang RI Terhadap PDB