Pak Erick! Kata DPR 1.000 BUMN Digabung Pun Nggak Guna Bila..

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) resmi menggabungkan BUMN di klaster pangan dari semula enam perusahaan menjadi tiga perusahaan. Namun, DPR menilai langkah tersebut bakal sia-sia jika tidak memiliki rencana bisnis yang matang hingga kekuatan modal.
"Jangankan enam klaster BUMN digabung, 1.000 klaster BUMN digabung pun gak ada gunanya apabila business plan-nya tidak jelas, kedua modal kerjanya (tidak cukup)," kata Ketua Komisi IV DPR RI Sudin dalam rapat kerja dengan BUMN klaster pangan, Senin (17/1/22).
Karenanya setiap BUMN yang bakal menjalankan bisnisnya harus memiliki rencana kerja hingga target yang jelas. Jangan sampai kerugian yang sudah ada kian bertambah besar.
"Karena ini rugi, digabung tujuannya untuk efisiensi, tapi kalau business plan tidak ada, permodalan nggak disuntik pemerintah ya wasalam. Karena apa? kekurangan kita satu, neraca pangan nggak jelas," sebut Sudin.
Ia mencontohkan bagaimana koordinasi antar lembaga pemerintah yang seperti tidak berjalan, misalnya dalam mengatur kebutuhan minyak kelapa sawit (CPO). Seharusnya dengan status salah satu negara penghasil CPO terbesar, maka kelangkaan minyak sawit tidak seharusnya tidak terjadi. Koordinasi antar lembaga terkait seperti Kementerian Perindustrian dan Dirjen Perkebunan Kementan seharusnya berjalan.
Namun miris, ketika harga CPO dunia sedang melambung yang terjadi justru sebaliknya, yakni kelangkaan. BUMN di klaster pangan seharusnya memahami peran masing-masing untuk bisa mengatur hal dasar seperti itu.
"Kita ketahui secara persis bahwa salah satu alasan merger BUMN karena terus mengalami kerugian, bahkan perum Bulog termasuk satu dari tujuh BUMN yang mengalami kerugian yang paling tinggi diantara hutang pokok yang dimiliki hingga Desember 2021 sampai Rp13 triliun," sebut Sudin.
Bulog memang bukan satu dari enam perusahaan yang masuk ke dalam merger holding BUMN pangan. Namun, BUMN tersebut bisa menjadi contoh agar pengelolaan korporasi bisa berjalan baik.
Adapun enam perusahaan yang dilebur yakni PT Bhanda Ghara Reksa (BGR) ke PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), PT Perikanan Nusantara (Perinus) ke PT Perikanan Indonesia (Perindo), dan PT Pertani ke dalam PT Sang Hyang Seri (SHS). Ditandai dengan peluncuran logo ID Food.
"Peluncuran holding pangan dengan merek ID Food ini bukan hanya ganti logo, tapi harus dipastikan ekosistem yang ada di BUMN mengenai rantai pasok antara grup pangan BUMN harus bisa diperbaiki dan ditingkatkan," kata Menteri BUMN Erick Thohir.
[Gambas:Video CNBC]
Fakta-Fakta Holding BUMN Pangan ID FOOD Racikan Erick
(dce/dce)