Harga Terjun ke Rp40 Juta, Pondok Indah Tak Lagi Jadi 'Elit'?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga rumah di beberapa kawasan elit Jakarta anjlok akibat pandemi Covid - 19. Tekanan juga diperkirakan masih berlanjut pada tahun ini.
Terlebih banyak juga pemilik rumah yang berniat untuk melepas asetnya. Dari pasokan yang terus bertambah itu, membuat harganya juga semakin turun.
"Pondok Indah dulu misal di kawasan Bukit Golf di atas Rp 60 juta per meter persegi, sekarang lebih turun misal Rp 40 - 50 juta meter persegi," kata Ketua DPC Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) Jakarta Selatan, Andira Dian Palupi, kepada CNBC Indonesia, Kamis (13/1/2022).
Dia menjelaskan harga itu masih bisa turun lagi pada ruang negosiasi. Jika pemilik rumah sedang membutuhkan uang cepat dengan menjual harga yang lebih murah. Seperti banyak yang tertulis di laman OLX, ada pemilik menjual rumah dengan luasan 715 meter persegi dan luas bangunan 450 meter persegi, dengan harga Rp 23,5 miliar.
Artinya harga tanah itu di bawah pasaran menjadi Rp 23,867 meter persegi, itu pun masih bisa kembali dinegosiasikan. Pemilik hanya mengklaim harga itu menghitung tanah, lokasi di kawasan elit, asri dan dekat dengan kawasan Bukit Golf, JIS, dan RS Pondok Indah.
Meski dibayangi harga murah, namun broker menyebut tetap optimis karena itu bisa membeli peluang dalam menjual aset propertinya. Apalagi Andria menyebut turnover di kawasan Jakarta Selatan untuk Pondok Indah dan Kebayoran masih tergolong tinggi.
"Memang cenderung tertekan dengan situasi orang menjual keputusannya lebih cepat, daripada mereka nggak pegang uang. Harga properti mengalami sedikit depresiasi tapi jatuh banget nggak juga karena daerah tertentu aja," sebutnya.
Pamor Pondok Indah Turun
Sementara Ketua Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) DKI Jakarta Clement Francis, melihat pamor kawasan elit pondok Indah memang sudah meredup. Karena banyak rumah kosong yang tidak ditempati oleh pemiliknya.
Banyak yang menjadi alasan, mulai dari mahalnya pajak, hingga urgensi tinggal di kawasan elit. Juga orang kaya jaman dulu yang sudah memasuki masa senja.
"Ada orang beli rumah tengah kota, beli rumah 500m, 1000m, tetapi dia pikir anak-anak mereka sudah nikah, kenapa saya nggak tinggal di pinggiran, sehingga saya punya saving. Kan konsep berpikir begitu daripada mereka bayar pajak PBB, kenapa saya nggak pindah ke daerah yang (rumahnya) lebih kecil dan saya punya tabungan," katanya kepada CNBC Indonesia, Jumat (14/1/22).
Penyebab lain yang membuat sebagian masyarakat berpindah dari tengah kota berpindah karena akses transportasi menuju kawasan penunjang sudah berkembang. Alhasil urgensi untuk tinggal di kawasan elit pun berkurang.
"Di daerah penunjang akan terjadi (perpindahan) kalau LRT jadi, Bekasi, Cibubur akan mulai interaksi juga, itu penunjang tumbuhnya properti. Ke Bogor orang berpindah, lifestyle berubah," ujar dia.
Meski minat masyarakat berusia senja untuk tinggal di tengah kota berkurang, sebaliknya kaum muda yang menginginkan kemudahan akses lebih menginginkan tinggal di tempat kawasan elit. Umumnya kaum muda tersebut sudah mulai merintis bisnis di usia muda.
"Jangan salah. Itu orang lama (pindah ke pinggiran), ada orang baru yang beli (rumah Pondok Indah), dimana milenial-milenial baru ini saat ini berkembang," ujar Clement.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tempat 'Jin Buang Anak' Sesungguhnya Dulu adalah Pondok Indah