Omicron Datang, Harga Obat-Obatan Mulai 'Terbang'
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obat di tahun 2022 diprediksi bakal naik hingga 20%. Dipicu kenaikan harga bahan baku dan lonjakan biaya di rantai produksi.
"Harga obat sesuai situasi karena semua apa-apa naik, bahan bakunya. (Harga obat) bakal naik 15-20%. Hampir semua jenis obat bakal naik harga," kata Ketua Umum GP Farmasi Tirto F Kusnadi kepada CNBC Indonesia, Rabu (11/1).
Tirto mengatakan, hingga saat ini belum ada gangguan pasokan untuk bahan baku obat. Meski ada lonjakan kasus Covid-19 akibat Omicron di negara produsen, Tiongkok dan India.
"Pasokan bahan baku masih aman. Kalau harga bahan bakunya naik. Termasuk yang intermediate. Karena semua ongkos-ongkos juga kan naik. Makanya selama mau bayar harga yang naik, pasokan nggak masalah," kata dia.
Apalagi, lanjut dia, lonjakan kasus di negara produsen seperti India hanya terjadi di lokasi tertentu.
"Kalau untuk omzet farmasi nasional itu berkisar Rp80 triliun. Tahun 2021 anjlok 0,4-0,6% dari 2020. Tapi jika dibandingkan tahun 2019 anjlok dalam. Untuk tahun ini kita belum bisa bicara, cuma berharap saja," ujar Tirto.
Meski pandemi mendongkrak penjualan vitamin dan suplemen, diakui tidak mampu menaikkan penjualan. Pasalnya, vitamin hanya berkontribusi sekitar 5% terhadap pasar obat nasional.
"Kalau pun penjualan vitamin naik 100%, pengaruhnya kecil," kata Tirto.
Di sisi lain, jumlah orang yang berobat semakin turun karena kuatir terkontaminasi Covid-19 saat ke rumah sakit atau berkonsultasi ke dokter.
"Hingga 60-65% pasar obat didominasi obat resep, sisanya obat bebas, baru vitamin," imbuh dia.
Menurut dia, penurunan penjualan obat juga terpantau dari ditutupnya sejumlah gerai apotek dan toko obat.
"Ada yang tutup karena orang berkurang juga berobatnya. Tapi, kita nggak punya data karena izinnya kan ada di Dinas Kesehatan," kata Tirto.
(dce/dce)