Omicron Datang, Harga Obat-Obatan Mulai 'Terbang'

damiana cut emeria, CNBC Indonesia
12 January 2022 08:45
Pedagang melayani pengunjung di Pasar Pramuka, Jakarta, Rabu (30/6/2021). Tingginya kasus positif Covid-19 di Jakarta membuat penjualan alat kesehatan, obat, dan vitamin di Pasar Pramuka meningkat hingga 100 persen. Salah satu pedagang di Pasar Pramuka mengatakan untuk obat-obatan vitamin paling banyak di konsumsi. Iya mengatakan vitamin C yang banyak dibeli karena dianggap mampu meningkatkan imunitas tubuh di masa pandemi. Meski banyaknya permintaan, para pedagang pasar tidak menaikkan harga. Harga jual vitamin yang berkisar mulai dari Rp30 ribu hingga di atas Rp100 ribu. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Suasana Penjualan Obat dan Alat Kesehatan di Pasar Pramuka. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obat di tahun 2022 diprediksi bakal naik hingga 20%. Dipicu kenaikan harga bahan baku dan lonjakan biaya di rantai produksi.

"Harga obat sesuai situasi karena semua apa-apa naik, bahan bakunya. (Harga obat) bakal naik 15-20%. Hampir semua jenis obat bakal naik harga," kata Ketua Umum GP Farmasi Tirto F Kusnadi kepada CNBC Indonesia, Rabu (11/1).

Tirto mengatakan, hingga saat ini belum ada gangguan pasokan untuk bahan baku obat. Meski ada lonjakan kasus Covid-19 akibat Omicron di negara produsen, Tiongkok dan India.

"Pasokan bahan baku masih aman. Kalau harga bahan bakunya naik. Termasuk yang intermediate. Karena semua ongkos-ongkos juga kan naik. Makanya selama mau bayar harga yang naik, pasokan nggak masalah," kata dia.

Apalagi, lanjut dia, lonjakan kasus di negara produsen seperti India hanya terjadi di lokasi tertentu.

"Kalau untuk omzet farmasi nasional itu berkisar Rp80 triliun. Tahun 2021 anjlok 0,4-0,6% dari 2020. Tapi jika dibandingkan tahun 2019 anjlok dalam. Untuk tahun ini kita belum bisa bicara, cuma berharap saja," ujar Tirto.

Meski pandemi mendongkrak penjualan vitamin dan suplemen, diakui tidak mampu menaikkan penjualan. Pasalnya, vitamin hanya berkontribusi sekitar 5% terhadap pasar obat nasional.

"Kalau pun penjualan vitamin naik 100%, pengaruhnya kecil," kata Tirto.

Ilustrasi dokter gigi. FreepikFoto: Ilustrasi dokter gigi. Freepik
Ilustrasi dokter gigi. Freepik

Di sisi lain, jumlah orang yang berobat semakin turun karena kuatir terkontaminasi Covid-19 saat ke  rumah sakit atau  berkonsultasi ke dokter.

"Hingga 60-65% pasar obat didominasi obat resep, sisanya obat bebas, baru vitamin," imbuh dia.

Menurut dia, penurunan penjualan obat juga terpantau dari ditutupnya sejumlah gerai apotek dan toko obat.

"Ada yang tutup karena orang berkurang juga berobatnya. Tapi, kita nggak punya data karena izinnya kan ada di Dinas Kesehatan," kata Tirto.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Spekulan Obat Jangan Main-Main, Sanksi Pidana Menanti!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular