'Kiamat' Kursi Pesawat Nyata, Maskapai Siapkan Skenario Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Ada prediksi masalah yang menghantui industri penerbangan RI tahun 2022 ini, yakni kelangkaan kursi pesawat. Hal ini terjadi saat permintaan membaik, namun minim pesawat yang beroperasi terbatas karena sudah banyak yang dikembalikan ke lessor imbas pandemi 2021 lalu.
Banyak maskapai yang mengurangi operasional pesawatnya, seperti Garuda Indonesia hanya mengoperasikan 50 - 60 pesawat dari total 142 pesawat sebelumnya. Selain itu banyak maskapai juga terpantau mengembalikan pesawatnya ke lessor, seperti yang terjadi pada Agustus 2021 lalu.
Ketua Indonesia National Air Carrier Association (INACA) Denon Prawiraatmadja, menjawab mengenai potensi penumpang yang membludak pada tahun ini, namun jumlah pesawat belum bisa mengikuti permintaan penumpang atau 'kelangkaan kursi pesawat', dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Selasa (11/1/2022).
Dia menjelaskan tentunya maskapai dan pemerintah akan mengantisipasi masalah tersebut. Selain itu ruang negosiasi maskapai dengan lessor juga masih terbuka lebar.
"Saya pikir kita semua stakeholders penerbangan sudah ada exercise dari tahun sebelumnya, dimana manajemen traffic biasa terjadi saat peak season. Tentunya sudah mengantisipasi lonjakan penumpang saat itu," jelasnya kepada CNBC Indonesia dalam Profit, Selasa (11/1/2022).
"Jika dikaitkan dengan beberapa maskapai yang sedang melakukan proses negosiasi B2B ini concern pada 2023 ketika sosial ekonomi menjadi normal, tentu menjadi ruang maskapai melakukan negosiasi dengan para lessor," tambahnya.
Pada tahun ini industri penerbangan diprediksi semakin membaik. Indonesia National Air Carrier Association (INACA) memprediksi pertumbuhan mencapai 50% dibandingkan tahun 2019 atau 2020.
"Kondisi penyebaran Covid - 19 semakin membaik, distribusi vaksin dilakukan secara masif. 2022 diperkirakan market tumbuh 50% dibandingkan 2019 dan 2020," tuturnya.
Denon menjelaskan dua tahun pandemi membuat banyak korporasi melakukan efisiensi. Tapi penerbangan domestik masih berpotensi dengan total market penumpang mulai dari 80 - 90 juta per tahun.
Masalah kecukupan kursi pesawat belum bisa memenuhi permintaan jika terjadi lonjakan penumpang pesawat secara signifikan pada 2022. Pengamat Penerbangan Arista Atmadjati melihat masalah ini berasal dari maskapai yang mengurangi jumlah pesawat.
"Seperti Garuda ada 100 pesawat lebih yang di kerangkeng," kata Arista dalam keterangan, Selasa (14/12/2021).
"Jadi Garuda mengandalkan Citilink kita anggap jumlahnya tetap, Lion Air tetap, Sriwijaya dan Nam Air agak berkurang sedikit, Air Asia juga lambat," tambahnya.
Meski begitu ada tambahan supply seat dari Super Air Jet, Pelita Air yang diproyeksikan bisa mengudara tahun depan, juga Darapati Airlines.
"Moga moga bisa menutup kekurangan jumlah supply seat karena jika kekurangan berebut, harga tiket makin mahal," katanya.
(hoi/hoi)