Pengembang Listrik Swasta Buka-bukaan Stok Batu Bara PLTU!

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
10 January 2022 15:20
Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). Pemerintah memutuskan untuk menyetop ekspor batu bara pada 1–31 Januari 2022 guna menjamin terpenuhinya pasokan komoditas tersebut untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN dan independent power producer (IPP) dalam negeri. Kurangnya pasokan batubara dalam negeri ini akan berdampak kepada lebih dari 10 juta pelanggan PLN, mulai dari masyarakat umum hingga industri, di wilayah Jawa, Madura, Bali (Jamali) dan non-Jamali. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Asosiasi Produsen Swasta Indonesia (APLSI) Arthur Simatupang mengungkapkan, kebutuhan batu bara untuk memenuhi listrik nasional mencapai 130 juta ton setiap tahunnya.

Arthur merinci, saat ini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara yang terpasang di tanah air mencapai 17 Giga Watt. Sehingga jika diterjemahkan dengan kebutuhan batu bara per tahun untuk pembangkit listrik swasta sekira 51 juta ton atau sekira 2,4 juta ton per bulan.

Sementara, untuk PT PLN (Persero) kebutuhan batu baranya lebih besar, dengan kebutuhan mencapai 68 juta ton per tahun atau 5,7 juta ton per bulan.

"Jadi kalau ditotal kebutuhan batu bara untuk kebutuhan listrik di dalam negeri sekira 11 juta ton per bulan. Itu belum dengan kebutuhan untuk pembangkit untuk industri yang bersifat captive," jelas Arthur kepada CNBC Indonesia, Senin (10/1/2021).

"Kalau ditotal listrik nasional butuh sekira 130 juta ton batu bara per tahun atau 11 juta ton per bulan. Itu untuk inventory yang aman sekira 15-20 hari untuk idealnya," kata Arthur melanjutkan.

Nah, lanjut Arthur, yang terjadi pada Desember 2021 dan Januari 2022, beberapa PLTU di tanah air sudah berkurang pasokannya, bahkan hanya mampu bertahan 5-10 hari saja.

Menurut Arthur yang membuat pasokan batu bara mengalami defisit, salah satunya adalah faktor cuaca yang membuat produksi nasional batu bara pada 2021 tidak tercapai.

"Realisasi produksi batu bara 2021 hanya mencapai 68% dari yang ditargetkan," tuturnya.

Oleh karena itu, memenuhi kebutuhan batu bara ke depan, APLSI menyarankan agar pemerintah dan otoritas terkait berkoordinasi membicarakan persoalan demand atau permintaan secara jangka pendek dan panjang.

Juga menyusun rencana logistik yang memadai. Karena selain cuaca, faktor logistik juga menjadi salah satu alasan batu bara tidak bisa terdistirbusi dengan baik di beberapa wilayah di Indonesia.

"Kemarin itu selain cuaca juga dari industri perkapalan, dari tongkang. Itu juga dibutuhkan kepastian bahwa mereka siap melakukan pengiriman batu bara untuk PLTU-PLTU yang cukup tersebar," jelas Arthur.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Tumpukan Batu Bara di Pelabuhan Saat Ekspor Disetop

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular