Pak Jokowi, RI Ada Harta Karun Top 6 Dunia, Bisa untuk Seabad
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia menyimpan "harta karun" beragam dan tak sedikit jumlahnya, bahkan tak jarang termasuk yang terbesar di dunia. Salah satu "harta karun" Indonesia yang tak main-main jumlahnya, bahkan termasuk terbesar keenam di dunia yaitu bauksit.
Komoditas bauksit bisa diolah menjadi produk aluminium yang biasa digunakan untuk keperluan konstruksi/ bangunan, peralatan mesin, transportasi, kelistrikan, kemasan, barang tahan lama, dan lainnya.
Bila Indonesia benar-benar mengolah bauksit menjadi produk jadi siap pakai tersebut, maka tak terbayangkan nilai tambah yang dihasilkan negeri ini akan jauh berlipat-lipat dibandingkan hanya memproduksi dan menjual barang mentah bauksit ini.
Target ini lah yang juga dicita-citakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar komoditas tambang RI tidak hanya menguras barang mentah lalu dijual, namun harus diolah di dalam negeri terlebih dahulu, sehingga menghasilkan nilai tambah jauh lebih besar dan bermanfaat bagi rakyat Indonesia.
Lantas, seberapa besar kekayaan bauksit Indonesia?
Berdasarkan data Booklet Bauksit 2020 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengolah data USGS Januari 2020, jumlah cadangan bauksit Indonesia mencapai 1,2 miliar ton atau 4% dari cadangan bijih bauksit dunia yang sebesar 30,39 miliar ton.
Adapun pemilik cadangan bijih bauksit terbesar di dunia yaitu Guinea mencapai 24%, lalu Australia menguasai 20%, Vietnam 12%, Brazil 9%, dan kemudian di peringkat kelima ada Jamaika 7%.
Berdasarkan data Kementerian ESDM ini, jumlah sumber daya bijih terukur bauksit Indonesia mencapai 1,7 miliar ton dan logam bauksit 640 juta ton, sementara cadangan terbukti untuk bijih bauksit 821 juta ton dan logam bauksit 299 juta ton.
"Indonesia memiliki cadangan bauksit nomor 6 terbesar di dunia, artinya Indonesia berperan penting dalam penyediaan bahan baku bauksit dunia," tulis Booklet Bauksit 2020 tersebut.
Direktur Pembinaan Program Minerba Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sunindyo Suryo mengatakan, saat ini baru ada dua pabrik pengolahan (smelter) bauksit menjadi alumina yang telah beroperasi. Adapun kapasitas input bijih bauksitnya sebesar 4.564.000 ton per tahun.
Namun kini tengah dilakukan pembangunan 12 pabrik pengolahan (smelter) bauksit menjadi alumina. Bila itu tuntas dibangun dan mulai beroperasi, maka kapasitas input bijih bisa melonjak menjadi 35 juta ton per tahun.
"Sedangkan, terdapat 12 pabrik pemurnian alumina yang masih dalam tahap konstruksi dengan kapasitas input bijih bauksit mencapai lebih dari 35 juta ton per tahun," ungkapnya kepada CNBC Indonesia belum lama ini.
Bila itu terealisasi, maka menurutnya diperkirakan cadangan bijih bauksit Indonesia bisa cukup untuk 78 tahun. Namun ke depannya, pihaknya tetap terus mendorong eksplorasi, sehingga cadangan bauksit ini semakin meningkat dan semakin panjang umur cadangannya.
Peningkatan cadangan ini akan dilakukan melalui kegiatan eksplorasi dan verifikasi data dan sumber daya dan cadangan.
"Peningkatan kegiatan eksplorasi bijih bauksit diperlukan karena umur cadangannya berkisar 78 tahun pada laju konsumsi bijih kering sebesar 36,9 juta ton per tahun," lanjutnya.
(wia)