Internasional

Bukan RI! China Makin Serius Garap Proyek di Negara Ini

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Kamis, 06/01/2022 08:00 WIB
Foto: Penampil berpakaian seperti petugas penyelamat berkumpul di sekitar bendera Partai Komunis selama pertunjukan gala menjelang peringatan 100 tahun berdirinya Partai Komunis China di Beijing (28/6/2021). (AP Photo/Ng Han Guan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Maroko dan China menandatangani perjanjian kemitraan strategis untuk kelancaran investasi infrastruktur Beijing di negara itu. Hal ini sebagai bagian dari implementasi inisiatif Belt and Road (BRI) yang diluncurkan China.

Kesepakatan yang berbentuk sebuah roadmap itu, ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Maroko Nasser Bourita dan seorang pejabat senior China, Ning Jizhe. Tak hanya memuluskan kelancaran investasi, roadmap ini juga akan digunakan untuk menarik lebih banyak lagi perusahaan China yang berinvestasi dalam bidang infrastruktur di Maroko.


"Kemitraan ini bertujuan untuk memfasilitasi kerja sama di bidang infrastruktur, perdagangan, investasi, industri, pertanian, dan lainnya," kata pernyataan pemerintah Maroko dikutip AFP, Kamis (6/1/2022).

"Ini bertujuan untuk mempromosikan akses ke pembiayaan China untuk melaksanakan proyek-proyek besar di Maroko," kantor berita MAP Maroko menambahkan.

Maroko sendiri merupakan negara pertama di kawasan Arab Afrika yang menjadi mitra proyek strategis milik China itu. Negara kerajaan itu telah bergabung dalam inisiatif ini dari tahun 2017 lalu. 

Ning Jizhe mengatakan bahwa sejauh ini Negeri Kasablanca itu telah menerima US$ 380 juta. Ini sekitar Rp 5,4 triliun dana pinjaman dari China.

Diluncurkan pada tahun 2013, BRI bertujuan untuk meningkatkan hubungan perdagangan Beijing dengan negara-negara di seluruh dunia. Caranya dengan menyalurkan pinjaman dana untuk membangun pelabuhan, kereta api, bandara, dan kawasan industri di negara-negara dengan akses infrastruktur yang terbatas.

Meski begitu, beberapa analis menyebut bahwa inisiatif ini dapat menyebabkan krisis beberapa negara yang berjuang untuk mengembalikan kembali dana yang diberikan Beijing. Terbaru, peristiwa ini dialami Sri Lanka, di mana negara itu saat ini mengalami krisis devisa akibat membayarkan utangnya kepada China.


(tps/tps)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Gelombang Panas di Beijing, Pemerintah Keluarkan Peringatan