Internasional
Alamak! Bayar Utang China, Negara Ini Mau Bangkrut

Jakarta, CNBC Indonesia - Sri Lanka saat ini sedang mengalami krisis ekonomi yang cukup parah. Bahkan, Negeri Ceylon itu dikhawatirkan akan mengalami kebangkrutan besar pada tahun ini.
Mengutip Economic Times, krisis ini sendiri ditandai oleh inflasi yang sangat tinggi dalam bidang pangan. Selain itu, pundi-pundi penghasilan negara itu seperti pariwisata turun tajam akibat pandemi Covid-19.
Tak hanya itu, ini juga diakibatkan oleh pembayaran utang negara itu kepada China. Fakta ini membuat devisa negara itu semakin mengering.
"Krisis diperparah oleh pengeluaran pemerintah yang tinggi dan pemotongan pajak yang mengikis pendapatan negara, pembayaran utang yang besar kepada China," ujar laporan itu dikutip Rabu (5/1/2022).
Sri Lanka memiliki cadangan devisa hanya US$ 1,58 miliar (Rp 22 triliun) pada akhir November 2021. Ini merupakan penurunan yang sangat jauh dari US$ 7,5 miliar ketika Presiden Gotabaya Rajapaksa menjabat pada 2019.
Untuk mengurangi krisis devisa ini, pemerintah Sri Lanka melakukan beberapa langkah. Salah satunya adalah menutup tiga misi luar negerinya yang berada di Nigeria, Siprus, dan Jerman demi menghemat pengeluaran.
Penutupan ketiga misi tersebut terjadi pada hari yang sama Bank Sentral Sri Lanka memperketat pembatasan pengiriman uang asing yang diterima oleh warga negara itu.
Sementara itu, Colombo juga memerintahkan untuk menyetop keran impor untuk sementara waktu. Namun hal ini berdampak pada kekurangan barang-barang penting seperti bahan bakar dan gula dan lebih lanjut kepada harga-harga pangan.
[Gambas:Video CNBC]
Penampakan Sri Lanka Terkini: Situasi Darurat, Jalanan Sepi
(tps)