2021 in Review

Roller Coaster Covid-19 RI: Landai, NGERI, Terkendali...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 December 2021 15:20
Sekolah Tatap Muka Saat PPKM Level 3
Foto: Suasana belajar mengajar pembelajaran tatap muka di sekolah SDN 14 Pagi Pondok labu, Jakarta, Senin (30/8/2021). Sekolah tatap muka resmi dilaksanakan kembali untuk 610 sekolah di DKI Jakarta (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun lalu, pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) menjadi warna dominan di seluruh negara. Wabah penyakit terbesar dalam 100 tahun terakhir ini mengubah wajah dunia.

Dunia tidak punya pengalaman menghadapi pandemi dalam skala sebesar ini. Wabah besar terakhir terjadi pada awal 1900-an yaitu flu Spanyol. Mereka yang menangani wabah flu Spanyol sudah tiada, sulit mencari masukan dan pendapat bagaimana caranya mengatasi pandemi.

Oleh karena itu, pandemi virus corona sering mendapat status unprecedented (tidak ada preseden sebelumnya). Semua panik, semua gugup, semua berjalan dalam gelap. Meraba-raba tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Kebijakan yang menjadi pilihan utama untuk mengatasi pandemi virus corona adalah pembatasan sosial (social distancing). Virus corona, seperti influenza, lebih mudah menular ketika terjadi peningkatan intensitas kontak dan interaksi antar-manusia.

Miliaran penduduk dunia dipaksa untuk #dirumahaja. Bekerja, belajar, dan beribadah di rumah. Mobilitas dan aktivitas umat manusia 'digembok'.

Upaya pengendalian pandemi ini berbuntut panjang. Tanpa kegiatan yang berarti di luar rumah, aktivitas ekonomi 'mati suri'. Hasilnya, dunia jatuh ke jurang resesi, pertama sejak 2009.

Jelang akhir 2020, harapan datang. Penelitian vaksin anti-virus corona dikebut dan produknya sudah keluar pada akhir 2020.

Vaksin, jika manjur, akan membentuk kekebalan tubuh untuk melawan virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut. Jadi, vaksin adalah kunci, juru selamat untuk mengakhiri pandemi.

Harapan itu yang mewarnai perjalanan menyongsong 2021. Asa akan hidup yang lebih baik (setidaknya lebih normal), membuat dunia menatap 2021 dengan penuh rasa percaya diri. In vaccine we trust...

Halaman Selanjutnya --> Delta Menebar Teror, Jokowi: PPKM Darurat!

Memasuki 2020, harapan itu masih terjaga. Kasus positif corona terus berkurang, tidak terkecuali di Indonesia.

Pada 1 Januari 2021, kasus positif harian corona adalah 8.072 orang. Pada akhir kuartal I-2021, turun menjadi 5.937 orang. Ada penurunan 26,45%.

Sampai di sini semua masih sesuai rencana. Ada harapan pandemi bisa semakin terkendali dan hidup perlahan bisa normal kembali.

Perlambatan laju kasus positif harian Covid-19 membuat pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengendurkan pembatasan sosial. Hasilnya, ekonomi Indonesia berhasil bangkit

Pada kuartal I-2021, Produk Domestik Bruto (PDB) Tanah Air memang masih terkontraksi atau tumbuh negatif 0,85% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Namun pada kuartal berikutnya, ekonomi Indonesia tumbuh 7,11% yoy, rekor tertinggi sejak kuartal I-1997.

Akan tetapi, harapan itu ternyata tidak bertahan lama. Virus corona bermutasi dan melahirkan varian delta, yang kali pertama terdeteksi di India. Varian ini lebih ganas, lebih mudah menular, dan lebih menyebabkan dampak serius terhadap pengidapnya.

Dari India, varian delta menyebar ke ratusan negara. Indonesia tidak terkecuali.

Varian delta membuat angka kasus positif corona melonjak. Puncaknya terjadi pada 15 Juli 2021, di mana kasus positif harian mencapai 56.757 orang dalam sehari. Rekor tertinggi sejak virus corona hinggap di Indonesia pada awal Maret 2020.

Lebih buruk lagi, suara sirene ambulans tak pernah sepi dari telinga. Pagi siang sore malam hingga dini hari pasien dijemput. Rumah sakit penuh sesak sampai mendirikan tenda darurat di halaman. Banyak orang kesulitan obat hingga tabung oksigen.

Angka kematian di Indonesia menjadi yang terburuk di dunia, dengan 2000 orang meninggal setiap harinya. Potret tenaga kesehatan dan penggali kuburan yang kelelahan juga tak luput dari kondisi itu.

Apa boleh buat. Mau tidak mau, suka tidak suka, pembatasan sosial yang sudah dikendurkan terpaksa diketatkan lagi.

"Setelah dapatkan banyak masukan, menteri, ahli kesehatan, dan kepala darah saya memutuskan untuk memberlakukan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat sejak 3 Juli hingga 20 Juli 2021 khusus untuk Jawa-Bali," tegas Jokowi pada 1 Juli 2021. Tidak lama setelah itu, berbagai wilayah di luar Jawa-Bali juga ikut menerapkan PPKM Darurat.

PPKM Darurat seakan kembali ke titik nol. Pekerja di sektor non-esensial dan non-kritikal lagi-lagi harus bekerja dari rumah. Pelajar dan mahasiswa pun kembali belajar dari jauh. Restoran, mal, bioskop, hingga rumah ibadah terpaksa ditutup.

PPKM Darurat bertujuan mulia, agar rakyat Indonesia tidak terjangkit virus corona varian delta yang bisa menyebabkan kehilangan nyawa. Namun harga yang harus dibayar sangat mahal. Ekonomi Indonesia yang sempat 'berlari' harus 'merangkak' lagi.

Pada kuartal III-2021, ekonomi Ibu Pertiwi tumbuh 3,58% yoy. Tidak sampai minus, tetapi melambat signifikan.

Halaman Selanjutnya--> Perlahan Tapi Pasti, Pandemi Terkendali

Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.

Perlahan tetapi pasti, 'badai' delta berlalu. PPKM ketat dan vaksinasi yang dikebut berhasil membuat rakyat Indonesia lebih sehat.

Soal vaksinasi anti-virus corona, Indonesia boleh berbangga. Per 29 Desember 2021, sudah 40,6% populasi Nusantara yang memperoleh vaksin dosis lengkap (dua dosis). Indonesia berada di peringkat sembilan dunia.

coronaSumber: Our World in Data

Kini Indonesia sudah boleh mengklaim pandemi terkendali. Kemarin, Kementerian Kesehatan melaporkan ada 194 kasus positif Covid-19. Berkurang 84 orang (30,22%) dari hari sebelumnya.

Dalam sepekan terakhir hingga 29 Desember 2021, total pasien positif corona bertambah 1.279 orang atau rata-rata 183 orang per hari. Berkurang dibandingkan seminggu sebelumnya yaitu total 1.428 orang (rerata 204 orang per hari).

Sementara jumlah pasien yang sembuh semakin banyak, melebihi pasien baru. Dalam seminggu terakhir hingga 29 Desember 2021, total pasien sembuh berjumlah 1.450 orang (rata-rata 207 orang per hari). Lebih banyak ketimbang kasus baru.

Hasilnya, angka kasus aktif terus berkurang. Per 29 Desember 2021, angka kasus aktif ada di 4.528 orang, terendah sejak 16 April 2020.

Kasus aktif adalah pasien yang masih dalam perawatan, baik di fasilitas kesehatan maupun secara mandiri. So, kasus aktif menggambarkan situasi pandemi yang sesungguhnya di lapangan.

coronaSumber: Worldometer

Dalam laporan edisi 15 Desember 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menilai situasi pandemi Covid-19 di Tanah Air masih terkelola dengan baik. Rantai penularan virus corona berada di level rendah.

"Seluruh provinsi berada di level penularan komunitas yang rendah (CT1) pada pekan 6-12 Desember 2021. Artinya, risiko tertular Covid-19 di tingkat publik rendah dalam 14 hari terakhir," sebut laporan WHO.

coronaSumber: WHO

Rendahnya level penularan komunitas juga terlihat dari angka kematian yang semakin menurun. Pada pekan 6-12 Desember 2021, angka kematian di seluruh provinsi kurang dari satu orang per 100.000 populasi.

coronaSumber: WHO

Selain itu, WHO juga mencatat rasio temuan kasus positif terhadap jumlah tes (positivity rate) masih rendah, bertahan di bawah 2%. Sebagai catatan, WHO menetapkan ambang batas positivity rate maksimal 5% untuk bisa menyebut pandemi terkendali.

"Angka positivity rate reliabel kala jumlah orang yang dites adalah satu dari 1.000 populasi per minggu. Sejak pertengahan Mei 2021, tingkat tes di Indonesia bertahan di atas satu orang per 1.000 populasi. Dalam tiga bulan terakhir, rasionya adalah lebih dari empat orang per 1.000 populasi," ungkap laporan WHO.

coronaSumber: WHO

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Kasus Covid-19 RI Naik Tajam, Tapi Negara Ini Lebih Parah Sih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular