
WHO Optimis Fase Kritis Pandemi Berakhir, Rupiah Siap Bangkit

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah 0,18% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.250/US$ pada perdagangan Rabu kemarin. Sementara pada perdagangan hari ini, Kamis (30/12), rupiah berpeluang berbalik menguat melihat indeks dolar AS yang melemah 0,28% kemarin.
Kabar baik seputar virus corona varian Omicron bisa menopang penguatan rupiah seandainya mampu membuat sentimen pelaku pasar membaik. Rupiah merupakan mata uang emerging market dengan imbal hasil tinggi akan diuntungkan ketika sentimen membaik, sementara dolar AS yang menyandang status aset aman (safe haven) menjadi tidak menarik.
Sebelumnya, hasil studi di Afrika Selatan menunjukkan orang-orang yang terinfeksi Omicron, terutama yang sudah divaksin memiliki, akan memiliki imun yang lebih kuat dalam menghadapi varian Delta.
Reuters melaporkan, riset tersebut baru dilakukan terhadap sekelompok kecil, hanya 33 orang yang sudah divaksin dan belum. Hasilnya, netralisasi virus Omicron meningkat 14 kali lipat selama 14 hari setelah terinfeksi, dan netralisasi varian naik 4,4 kali lipat.
Meski demikian Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) memperingatkan ada kemungkinan muncul varian baru yang bisa kebal terhadap vaksin serta imun yang ditimbulkan dari infeksi varian sebelumnya.
"Ada kemungkinan varian-varian baru corona akan muncul yang bisa menghindari tindakan pencegahan yang kita sudah lakukan dan menjadi resisten penuh terhadap vaksin dan infeksi sebelumnya," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, sebagaimana diwartakan CNBC International.
Tedros juga mengkritik pemerintah negara yang menerapkan kebijakan "populis" dan "nasionalisme jangka pendek" terkait dominasi vaksin, yang dikatakan menciptakan situasi yang ideal bagi munculnya varian baru. Ia juga berulang kali meminta semua negara untuk bekerjasama untuk meningkatkan suplai dan akses vaksin dan peralatan medis krusial.
Meski demikian, Tedros juga optimistis fase akut dari pandemi bisa berakhir di tahun ini.
Secara teknikal, pelemahan rupiah kemarin masih tertahan rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/ MA 50) di kisaran Rp 14.260/US$ hingga Rp 14.270/US$. Artinya, rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini sudah bergerak di bawah tiga MA, yang tentunya membuka peluang berlanjutnya penguatan.
Selama mampu bertahan di bawah MA 50, rupiah berpeluang menguat menguji kembali Rp 14.200/US$. Penembusan ke bawah level tersebut akan membuka peluang rupiah ke Rp 14.170/US$.
![]() Foto: Refinitiv |
Tetapi patut diwaspadai koreksi yang bisa menerpa rupiah. Sebab, indikator Stochastic sudah dekat dengan wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Jika MA 50 ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.320/US$ hingga Rp 14.320/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Ngeri! 3 Hari Melesat 3% ke Level Terkuat 3 Bulan
