Akankah Jokowi Jadi Presiden Pertama RI Berani Hapus Premium?

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
24 December 2021 15:02
Harga premium  di era kepemimpinan joko widodo
Foto: Infografis/Harga Premium/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah kembali merencanakan akan menghapus Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin Premium (RON 88) pada 2022 mendatang. Namun, kebijakan ini masih menunggu persetujuan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Berdasarkan informasi yang diterima CNBC Indonesia, rencana kebijakan penghapusan bensin Premium ini masih menunggu disahkannya Peraturan Presiden (Perpres).

"Premium tahun depan sudah tidak ada. Tunggu Perpres keluar," ungkap sumber CNBC Indonesia, dikutip Senin (20/12/2021).

Yang menjadi pertanyaan adalah akankah Presiden Jokowi berani mengambil keputusan ini? Bila ini terjadi, maka Presiden Jokowi akan tercatat sebagai Presiden pertama RI yang berani menghapuskan BBM Premium di Indonesia.

Sementara era pemerintahan sebelumnya hanya mentok pada pengurangan subsidi BBM, dan menaikkan harga BBM Premium di masyarakat. Seperti kebijakan yang dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di mana pada pada Mei 2008 mengeluarkan kebijakan untuk menaikkan harga BBM, termasuk bensin Premium, Solar, dan minyak tanah bersubsidi.

Saat awal menjabat sebagai Presiden pada 2014 lalu, Presiden Jokowi sudah membuat kebijakan signifikan dengan menghilangkan subsidi Premium mulai 1 Januari 2015. Namun sayangnya, kebijakan ini tak konsisten, karena pada akhirnya pemerintah tetap mengintervensi harga Premium, dan tidak membiarkannya berfluktuasi seperti layaknya produk BBM non subsidi.

Dengan alasan menjaga daya beli masyarakat, akhirnya pemerintah ikut campur menetapkan harga Premium dan memberikan penugasan kepada PT Pertamina (Persero) untuk menyalurkan BBM Premium ini. Alhasil, pemerintah masih menomboki selisih harga keekonomian dan harga jual Premium kepada Pertamina setiap tahunnya.

Padahal, Tim Reformasi Tata Kelola Migas atau dikenal dengan nama Tim Anti Mafia Migas yang sengaja dibentuk pada era Menteri ESDM Sudirman Said sudah merekomendasikan agar bensin Premium ini dihapus paling telat 2017, dua tahun setelah rekomendasi ini dikeluarkan.

Namun sayangnya, hingga kini Presiden Jokowi juga tak bergeming, tak juga menghapus bensin Premium di pasaran.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) sekaligus mantan anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas Fahmy Radhi mengatakan, rekomendasi penghapusan bensin Premium itu bukan tanpa alasan. Dia menyebut, rekomendasi ini dibuat karena bensin Premium ini rawan dengan mafia migas. Pasalnya, di pasar internasional kini tidak ada lagi acuan harga Premium, melainkan harga Pertamax atau bensin RON 92 ke atas.

"Alasan rekomendasi penghapusan Premium karena pengadaannya rawan mafia migas, pemburu rente. Apalagi di pasar internasional kini tidak ada lagi acuan harga Premium, melainkan hanya harga preferensi untuk Pertamax atau RON 92 ke atas," paparnya.

Berdasarkan data PT Pertamina (Persero) yang dipaparkan di Komisi VII DPR RI pada Juli 2020, disebutkan bahwa hanya tinggal tujuh negara di dunia yang masih menjual bensin RON 88 atau Premium.

Ketujuh negara itu adalah Bangladesh, Kolombia, Mesir, Mongolia, Ukraina, Uzbekistan, dan Indonesia. Dari sisi PDB per kapital, Bangladesh memiliki GDP US$ 1.698, Kolombia US$ 6,687, Mesir US$ 2.549, Mongolia US$ 4.121, Ukraina US$ 3.095, Uzbekistan US$ 1.532, dan Indonesia US$ 3.893.

Di Singapura, minimal yang dijual adalah BBM RON 92. Sementara di Malaysia, minimal yang dijual, yaitu BBM RON 95 dan BBM RON 97. Kemudian di Thailand (BBM RON 91 & BBM RON 95), Filipina (BBM RON 91, BBM RON 95, dan BBM RON 100), Vietnam (BBM RON 92, BBM RON 95, dan BBM RON 98).

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), hanya Indonesia yang masih menjual bensin dengan RON terendah 88 atau bensin Premium, sementara negara-negara tetangga lainnya di Asia Tenggara menjual bensin dengan nilai oktan terendah 90/91 seperti di Thailand, Filipina, dan Laos.

Dengan harga jual bensin Premium saat ini Rp 6.450 per liter memang membuat Indonesia tercatat menjual harga bensin paling murah dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya.

Berdasarkan data Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), penyerapan bensin Premium selama Januari hingga November 2021 sebesar 3,41 juta kilo liter (kl) atau hanya sekitar 34,15% dari kuota Premium pada tahun ini sebesar 10 juta kl.

Adapun proyeksi sampai akhir tahun diperkirakan hanya bertambah sekitar 248 kl. Dengan demikian proyeksi konsumsi bensin Premium oleh masyarakat sepanjang tahun ini juga diproyeksi hanya sekitar 34,15% dari kuota 10 juta kl tahun ini.

Berdasarkan data Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2020 yang dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), terlihat penyerapan BBM RON 88 atau Premium sejak 2015 oleh masyarakat terus menurun dibandingkan 2014 dan tahun-tahun sebelumnya.

Berikut data penyerapan BBM Premium per tahun:

2014: 29.707.002 kilo liter (kl).
2015: 28.107.022 kl.
2016: 21.679.698 kl.
2017: 12.492.553 kl.
2018: 10.754.461 kl.
2019: 11.685.293 kl.
2020: 8.640.647 kl.
2021: 3.415.440 kl (estimasi sampai akhir Desember 2021).


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sekarang Premium, Siap-Siap Pertalite Juga Bakal Dihapus

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular