Terungkap! Kisah Dibalik Kenapa Produksi Minyak Rokan Naik

Pratama Guitarra, CNBC Indonesia
22 December 2021 12:30
Operasional Rig wilayah kerja Rokan yang dioperasikan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) di Duri, Riau. (Dok: Pratama Guitarra)
Foto: Operasional Rig wilayah kerja Rokan yang dioperasikan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) di Duri, Riau. (Dok: Pratama Guitarra)

Riau, CNBC Indonesia - Subholding Upstream PT Pertamina (Persero) yakni PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) resmi menguasai 100% wilayah kerja minyak dan gas bumi (WK Migas) Rokan setelah alih transisi dengan Chevron Pacific Indonesia (CPI) pada Agustus 2021.

Dalam waktu empat bulan terhitung sampai Desember 2021 ini, PHR bertekad untuk terus memompa produksi dari yang sebelum masa transisi alih kelola produksi mengalami penurunan.

Seperti apa kisah dibalik meningkatnya produksi wilayah kerja yang usianya lebih dari 90 tahun ini?

Mengacu data PHR bahwa sebelum alih kelola, tepatnya Juli 2021 produksi minyak dari Blok Rokan mencapai 160,5 ribu barel minyak per hari (bph). Sementara itu, produksi sempat mengalami penurunan menjadi hanya sekitar 150 ribu bph pada 8 Agustus 2021.

Direktur Utama PHR, Jaffee A Suardin menyampaikan, bahwa jika PHR tidak melakukan apapun atau tidak memiliki persiapan pada saat alih transisi, maka dimungkinkan produksi Rokan ini akan mengalami penurunan hingga 145 ribu bph - 142 ribu bph.

Namun yang terjadi, pada saat alih transisi memang sempat mengalami penurunan, namun buah dari kerjasama seluruh pihak kembali menaikkan produksi tersebut. "Ini bukan one man show," terang Jaffee, di lingkungan wilayah kerja migas Rokan, Riau, Selasa (21/12/2021).

Jaffee menyampaikan bahwa, sebelum alih kelola Rokan terjadi, semua pihak seperti holding Pertamina, SKK Migas dan juga pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta pengelola lama yakni CPI, fokus pada peningkatan produksi di Rokan.

Dalam hal ini, SKK Migas membentuk tim alih kelola di bawahi oleh Deputi yang mengarah langsung kepada kepala SKK Migas. Yang mana diketuai oleh Jaffee sebagai ketua harian tim alih kelola transisi.

Di masa transisi itu, Pertamina bahkan, sudah menyiapkan beragam hal dari tahun tahun sebelumnya, supaya saat alih kelola tidak ada penurunan produksi. "Untuk menaikkan produksi minyak rokan itu rumusnya cuma satu. Mengebor sumur baru," ungkap Jaffee.

Maka dari itu, sebelum alih kelola berlangsung, PHR sudah sudah menyiapkan 9 rig dari yang sudah digunakan oleh operator lama hanya 2 rig saja.

"Untuk mengebor sumur yang banyak tentunya rig-nya harus ada, sumur mana dan materialnya harus ada, persiapan itu butuh waktu. Dan itu sudah disiapkan jauh-jauh hari sebelum alih kelola, rignya sudah siap," ungkap Jaffee.

Sampai akhir tahun ini, jumlah rig milik PHR mencapai 17 dengan jumlah sumur mencapai 121 sumur tajak.

Tak hanya memompa produksi pada tahun 2021 saja, PHR menargetkan bisa menambah produksi Rokan hingga 180 ribu bph di tahun 2022 dengan akan mengebor sebanyak 400 hingga 500 sumur baru melalui penambahan 3 rig atau menjadi 20 rig.

Dengan begitu, kata Jaffe, secara natural produksi akan mengalami penambahan. Namun yang terpenting, di luar sumur-sumur baru yang akan dibor, PHR juga akan terus menservice pengelolaan sumur-sumur lama sehingga penurunan produksi bisa terjaga.

"Pekerjaan itu terus kita tambah. Itu sebenarnya kunci suksesnya," kata Jaffe.

Sementara itu, dalam business plant, PHR memiliki mimpi bisa menuai kejayaan produksi minyak dari Blok Rokan ini. Dengan menargetkan produksi hingga 300 ribu bph sebagai upaya mendukung program pemerintah mengejar target 1 juta bph dan 12 BSCFD di tahun 2030.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Alih Kelola Beres, Siapa Partner Pertamina di Blok Rokan?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular