Kasus Aktif Covid-19 RI Naik! Gara-gara Omicron?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 December 2021 08:54
Infografis/Wajib Pakai Masker Meski Sudah Vaksin/Aristya Rahadian
Foto: Infografis/Wajib Pakai Masker Meski Sudah Vaksin

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Indonesia masih bisa dibilang terkendali. Namun ada perkembangan yang perlu dicermati dalam tiga hari terakhir. Apa itu?

Kemarin, Kementerian Kesehatan melaporkan kasus positif harian Covid-19 di Tanah Air adalah 232 orang. Turun dari sebelumnya yang sebanyak 291 orang.

Dengan demikian, total pasien baru positif virus corona sepanjang pekan lalu genap 1.400 orang. Lebih sedikit dibandingkan pekan sebelumnya yaitu 1.491 orang.

Akan tetapi, semua belum baik-baik saja. Dalam tiga hari terakhir, tambahan pasien sembuh tidak sebanyak kasus baru. Ini membuat kasus aktif meningkat.

Kasus aktif adalah pasien yang masih dalam perawatan, baik di fasilitas kesehatan maupun secara mandiri. Oleh karena itu, kasus aktif menggambarkan realitas pandemi di lapangan.

Kemarin, angka kasus aktif berada di 4.923 orang. Bertambah lima orang dari hari sebelumnya. Pada 18 Desember 2021, kasus aktif bertambah enam orang. Padahal sejak akhir Juli 2021 kasus aktif konsisten turun setiap harinya.

coronaSumber: Kemenkes, Worldometer

Halaman Selanjutnya --> Indonesia Waspada Omicron

Seperti influenza, virus corona lebih mudah menular ketika terjadi peningkatan kontak dan interaksi antar-manusia. Inilah yang sedang terjadi sekarang.

Seiring pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), mobilitas masyarakat meningkat. Dalam sepekan hingga 14 Desember 2021, Google Community Mobility Index mencatat rata-rata kunjungan ke pusat perbelanjaan dan rekreasi adalah 9,29% di atas normal per harinya. Lebih ramai dibandingkan minggu sebelumnya yaitu 8,14% di atas normal.

Kemudian rata-rata indeks mobilitas dengan mengemudi dalam sepekan hingga 16 Desember 2021 adalah 139,06 per hari. Lebih tinggi dibandingkan rerata seminggu sebelumnya yaitu 134,79 per hari. Indeks di atas 100 menunjukkan mobilitas sudah kembali ke masa sebelum pandemi.

Pekan lalu, Kementerian Kesehatan membawa kabar yang kurang enak. Indonesia sudah 'kebobolan' virus corona varian omicron. Kasus positif perdana menimpa seorang petugas kebersihan di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet.

Virus corona varian omicron kali pertama terdeteksi di Afrika Selatan dan kini sudah menyebar ke lebih dari 70 negara, termasuk Indonesia. Di sejumlah negara, omicron menjadi biang keladi lonjakan angka kasus positif corona.

Di Inggris, varian omicron membuat kasus positif harian melonjak ke 92.503 orang kemarin. Ini adalah rekor kasus harian tertinggi sepanjang pandemi Covid-19. Bahkan varian omicron bertaggung jawab atas 60% kasus infeksi baru di ibu kota London.

Di Afrika Selatan, Inggris, dan Denmark, varian omicron menyebar dengan cepat. Infeksinya bertambah dua kali lipat setiap dua hari.

"Ini adalah laju pertumbuhan yang mengkhawatirkan," tegas Dr Eric Topol, Direktur Scripps Research Translational Institute di California (Amerika Serikat), seperti dikutip dari Reuters.

Halaman Selanjutnya --> Jangan Sampai Indonesia Kena Serangan Gelombang Ketiga

Virus corona varian omicron kini sudah tiba di Indonesia. Melihat perkembangan di Inggris dan negara-negara lain, bukan tidak mungkin varian ini bisa menyebabkan lonjakan kasus positif.

Oleh karena itu, Indonesia harus waspada. Sudah cukup derita akibat varian delta pada pertengahan tahun ini, jangan sampai ada gelombang serangan ketiga.

Bagaimana caranya?

Pemerintah harus kembali menggalakkan testing, tracing, dan mempercepat vaksinasi. Seluruh kontak erat pasien pengidap varian omicron kudu dilacak dan dites. Jika (amit-amit) hasilnya posiitf, maka harus dipisahkan dari populasi yang sehat.

Masyarakat juga harus berperan aktif dengan menaati protokol kesehatan. Memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas jangan sampai kendur.

Kalau mobilitas masih tinggi seperti sekarang, apalagi tanpa disertai ketaatan terhadap protokol kesehatan, maka risiko lonjakan kasus bukan isapan jempol. Amit-amit jabang bayi, jangan sampai terjadi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular