Soal Transisi, PLN Curhat Kelebihan Pasokan, Siapa Nanggung?

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
16 December 2021 15:33
pltu batang
Foto: Ist adaro.com

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) masih mengeluhkan kondisi kelebihan pasokan listrik atau over supply dari pembangkit listrik yang ada saat ini. Ditambah lagi, PLN mengkhawatirkan atas akan bertambahnya pembangkit baru dalam beberapa tahun ke depan.

Maklum, di tengah permintaan listrik yang menurun, pengembangan akan pembangkit terus mengalami pertumbuhan baik dari megaproyek listrik 35.000 Mega Watt (MW) maupun dari proyek-proyek baru nantinya seperti proyek EBT sebagai bagian dari transisi energi untuk mengejar target netral karbon di tahun 2060.

Dalam acara A Green Horizon, Toward A High Growth And Low Carbon Economy, yang diadakan oleh Bank Dunia, pihak PLN ditanya perihal tantangan transisi energi. Seperti apa jawabannya?

Executive Vice President, Electricity System Planning PLN, Edwin Nugraha Putra menyatakan bahwa berkenaan dengan transisi energi, pihaknya akan melihat dalam dua sisi.

Yakni, dalam 10 tahun ke depan atau 40 tahun ke depan untuk mengejar netralitas karbon itu, kata Edwin, PLN akan memiliki suplai listrik yang berlebih dari pembangkit bahan bakar fosil.

"Terutama dari program 35 GW dari PLTU dan gas bumi yang bertahan dalam waktu 6 tahun ke depan," terang Edwin, Kamis (16/12/2021).

Sementara ketika ditanya perihal Transformasi teknologi dan reformasi, Edwin menjawab bahwa tekanan besar kepada PLN lantaran saat ini pihaknya menggunakan 60% dari PLTU batu bara untuk melayani listrik Indonesia.

Adapun saat ini kapasitas dari pembangkit batu bara mencapai 35 GW, dan akan terus bertambah sampai tahun 2030 menjadi 44 GW. "Pembangkit ini akan ada sampai 20 - 30 tahun ke depan. Kami berharap ada dukungan keuangan bagi PLN ketika batu bara tidak lagi digunakan," ungkap dia.

Sementara selain berbicara soal kelebihan pasokan itu, PLN juga terus mendukung upaya pemerintah mengejar netral karbon dan bauran EBT hingga 25% pada tahun 2025 ini.

Di tahun 2035 sesuai target pihaknya akan melakukan pengurangan pembangkit batu bara. dan juga dalam RUPTL akan mulai menggunakan co-firing biomassa bersama batu bara.

"Satu PLTU kita campurkan bukan hanya bakar batu bara saja, tapi juga campurkan biomassa 75% dan 25% sumber energi batubara. Dengan co-firing bisa mencapai 2%-3% bauran energi dari biomassa," ungkap dia.

Selain itu, PLN juga akan mengubah PLTU diesel di kawasan terpencil dan akan diganti dengan listrik tenga surya dan baterai. Karena hal itu lebih ekonomis ketimbang harga diesel yang mahal atau sekitar US$ 25 - 30 cent per kwh.

"Jadi masyarakat terpencil akan mendapatkan energi hijau dengan harga yang lebih rendah dan memperkenalkan energi terbarukan untuk melayani pembangkitan dan pada 2022," tandas dia.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ngeri! Over Suplai Listrik Hantui PLN, Gimana Dong Proyek EBT

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular