Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) membawa kabar gembira. Kinerja perdagangan internasional Indonesia kembali ciamik, bukti ekonomi Tanah Air kembali bergairah setelah lesu dihantam pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Pada Rabu (15/12/2021), Kepala BPS Margo Yuwono melaporkan nilai ekspor Indonesia bulan lalu sebesar US$ 22,84 miliar. Naik 3,69% dibandingkan Oktober 2021 (month-to-month/mtm) dan 49,7% dari November 2020 (year-on-year/yoy).
Nilai ekspor US$ 22,84 miliar adalah yang tertinggi sepanjang masa. Rekor sebelumnya tercipta pada Oktober 2021 yakni US$ 22,03 miliar.
Kemudian, BPS juga mengumumkan data impor. Pada November 2021, nilai impor Indonesia adalah US$ 19,33 miliar. Tumbuh 18,62% dibandingkan bulan sebelumnya dan 52,62% dari periode yang sama tahun lalu.
Nilai impor ini juga menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah. Rekor sebelumnya tercipta pada Juli 2018 yaitu US$ 18,29 miliar.
Halaman Selanjutnya --> Harga Batu Bara Cs Naik, Ekspor Indonesia Terungkit
Kenaikan harga komoditas masih menjadi penopang kinerja ekspor Indonesia. Harga dua komoditas andalan ekspor nasional, batu bara dan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO), masih bertahan di level tinggi.
Pada penutupan kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 169,2/ton. Dibandingkan dengan posisi yang sama tahun lalu, harga meroket 101,79% secara point-to-point.
CPO pun demikian. Hari ini pukul 13:28 WIB, harga CPO di Bursa Malaysia tercatat MYR 4.466/ton. Dalam setahun terakhir, harga komoditas ini melesat 29,6%.
Halaman Selanjutnya --> Impor Bertambah, Tanda Permintaan Domestik Merekah
Sementara di sisi impor, kenaikan terjadi seiring tumbuhnya permintaan domestik. Selepas pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), denyut aktivitas dan mobilitas masyarakat kembali kencang sehingga permintaan tumbuh.
Tingginya permintaan terkonfirmasi oleh penjualan ritel yang sudah tumbuh positif. Pada Oktober 2021, Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel tumbuh 6,5% yoy, pertumbuhan positif pertama sejak Juni 2021.
Hal lain yang menggembirakan, impor bahan baku/penolong membukukan pertumbuhan tinggi, mencapai 60,49% yoy. Pertumbuhan impor bahan baku/penolong menggambarkan degup produksi industri dalam negeri yang kencang.
Impor barang modal pun melesa 23,09% yoy. Ini mencerminkan industri dalam negeri yang sedang mengalami fase ekspansi.
Ekspansi industri Tanah Air sebelumnya telah dikonfirmasi oleh data Purchasing Managers' Index (PMI). Jika angka PMI di atas 50, maka artinya industriawan sedang menjalani masa ekspansi.
Pada November 2021, IHS Markit melaporkan PMI manufaktur Indonesia berada di 53,9. PMI manufaktur berada di atas 50 selama tiga bulan beruntun.
Halaman Selanjutnya --> Neraca Dagang Kuat, Rupiah Sehat
Pada November 2021, neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus US$ 3,51 miliar. Dengan demikian, surplus neraca perdagangan sepanjang Januari-November 2021 menjadi US$ 34,32 miliar. Diukur dari Januari-November, ini adalah yang tertinggi sejak 2007.
Dengan kinerja sektor perdagangan yang ciamik, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menilai Indonesia akan mampu membukukan surplus transaksi berjalan (current account) tahun ini. Walau tipis, diperkirakan 0,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB), ini akan menjadi yang pertama sejak 2011 jika benar-benar terwujud.
"Ini akan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah di tengah tekanan global akibat normalisasi kebijakan moneter dan kekhawatiran akan penyebaran virus corona varian omicron," tulis Faisal dalam risetnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA