
PLN, Alirkan Energi Pemulihan Pandemi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 memicu resesi dunia. Di balik berbagai upaya digitalisasi untuk mengatasi dampak pandemi terhadap perekonomian, ada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang memasok energi utama di balik pengoperasian aplikasi digital.
Resesi ekonomi memukul aktivitas industri, bisnis, dan komersial sehingga mau tak mau konsumsi listrik dari ketiga segmen tersebut menyusut drastis. Namun demikian, ongkos pembangkitan listrik tak bisa serta-merta dipangkas sehingga menciptakan tantangan bagi PLN.
Saat pandemi, konsumsi listrik nasional tercatat drop. Ketika gelombang kedua pandemi melanda akibat varian delta, misalnya. pemerintah menarik rem darurat lewat kebijakan PPKM Darurat di Jawa-Bali. Dampaknya sangat terasa di sektor kelistrikan nasional.
Sebelum PPKM Darurat diterapkan, beban puncak di wilayah Jawa-Bali rata-rata mencapai 27.300 MW. Namun setelah PPKM tersebut diberlakukan, rata-rata beban puncak turun 7% atau setara dengan 1.900 MW menjadi 25.400 MW.
Terhentinya sektor industri dan aktivitas komersial menjadi biang utama penurunan permintaan listrik, meski di sisi lain konsumsi listrik rumah tangga meningkat karena kebijakan PPKM memaksa masyarakat beraktivitas melalui alat teknologi dari rumah.
Berbagai aktivitas mulai dari kerja, makan, rapat dengan kolega semuanya dilakukan di rumah secara virtual, sehingga mendongkrak konsumsi listrik rumah tangga. Sebagai gambaran, pada tahun 2020 saja energi listrik yang diserap pelanggan rumah tangga naik 8,1%.
Pelanggan rumah tangga tahun lalu menjadi satu-satunya kelompok pelanggan yang mencatatkan pertumbuhan penyerapan listrik. Namun itu saja belum cukup menetralkan efek pandemi, karena total penyerapan listrik setahun lalu turun 0,8% menjadi 243,6 Terrawatt-hourĀ (Twh).
Dalam kondisi sulit tersebut PLN tetap memegang teguh komitmennya memasok kebutuhan listrik. Bahkan ketika kinerja keuangan pelaku usaha terpukul dan daya beli masyarakat tergerus, PLN turut mendukung pemerintah dengan memberikan stimulus.
PLN sebagai perpanjangan tangan pemerintah memberikan keringanan dalam bentuk kompensasi, stimulus hingga subsidi. Hingga kuartal III tahun ini, total keringanan yang sudah disalurkan PLN mencapai Rp 63,18 triliun.
Keringanan itu terdiri dari program stimulus senilai Rp 9,42 triliun yang diberikan kepada 31,94 juta pelanggan, subsidi senilai Rp 37,39 triliun, dan kompensasi untuk segmen industri dan rumah tangga dengan nilai mencapai Rp 16,18 triliun.
Ini menjadi bukti nyata bahwa PLN punya komitmen kuat dalam mengemban tugasnya terkait dengan Public Service Obligation (PSO). Tidak hanya mengemban tugas dalam melayani masyarakat, PLN juga punya peran strategis dalam membangun bangsa (nation building).
Salah satu bentuk peran PLN dalam nation building adalah terkait dengan mendorong energi hijau dalam bauran energi nasional (energy mix). Momentum pandemi dimanfaatkan oleh pemimpin negara dunia untuk mengurangi penggunaan energi fosil.
Tuntutan serta urgensi untuk beralih dari energi fosil ke sumber energi terbarukan semakin digaungkan dalam forum Conference of Participant (COP) ke-26 di Glasgow, Inggris yang berakhir pertengahan November lalu.
Perubahan iklim dinilai kian tak terelakkan sementara pengurangan emisi belum menunjukkan dampak signifikan. Di tengah situasi demikian, PLN menyiapkan strategi untuk meningkatkan bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dari 12,56% akhir tahun ini menjadi 23% di 2025.
Ada tiga strategi utama yang ditempuh. Pertama, pengembangan pembangkit listrik berbasis supply and demand. PLN akan memetakan potensi ketersediaan energi di berbagai wilayah dengan memperhatikan aspek keekonomian, keandalan, ketahanan energi dan keberlanjutan.
Strategi yang kedua lebih menitikberatkan pada pengembangan pembangkit pada daerah yang selama ini mengalami defisit, maupun daerah yang sangat bergantung pada BBM impor sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
Lewat strategi yang kedua ini PLN berupaya meningkatkan aksesibilitas listrik di pelosok negeri serta membantu negara untuk tidak bergantung pada impor migas yang membuat neraca dagang serta transaksi berjalan tekor, yang memicu depresiasi nilai tukar rupiah.
Strategi ketiga dilakukan melalui sistem kelistrikan dengan reserve margin yang besar dengan mempertimbangkan aspek harmonisasi kebutuhan dan pasokan. Lebih kongkritnya, PLN akan menghentikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara secara bertahap.
Hingga tahun lalu kapasitas terpasang pembangkit listrik nasional mencapai 63,3 GW dan masih didominasi pembangkit berbahan bakar fosil. Ke depan, bakal ada tambahan pembangkit baru sebesar 40,6 GW dengan porsi EBT mencapai 20,9 GW atau setara dengan 51,6% di tahun 2030.
Melihat peran strategis PLN dalam mendorong penyehatan ekonomi dari krisis serta membangun negara menjadi lebih sustainable, PT Perusahaan Listrik Negara terpilih menjadi pemenang penghargaan The Best State-Owned Enterprise in Nation Building 2021 di ajang CNBC Indonesia Awards, mengalahkan BUMN lain.
PLN meraih skor 96 (dari skal 1-100). Untuk mencapai penilaian tersebut, Tim Riset CNBC Indonesia melakukan kajian dan analisis terhadap BUMN yang memenuhi kriteria, terutama dari aspek urgensitas peran mereka dalam membantu pemulihan pandemi.
Proses penilaian dilakukan pada November melalui riset kualitatif berbasis data sekunder dari publikasi resmi perseroan, data pemerintah, dan media monitoring terhadap 10 media utama nasional.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mandaya Hospital, Kenyamanan Pengobatan Termodern