Ini Tanda-Tanda ConocoPhillips Bakal Hengkang dari RI

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
Kamis, 09/12/2021 11:30 WIB
Foto: AP/Mark Thiessen

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar mengejutkan datang dari ConocoPhillips Indonesia, unit perusahaan minyak dan gas bumi (migas) berbasis di Houston, Amerika Serikat. ConocoPhillips Indonesia Holding Ltd (CIHL) melepas seluruh sahamnya kepada PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).

CIHL memegang 100% saham di ConocoPhillips (Grissik) Ltd (CPGL) dan 35% saham di Transasia Pipeline Company Pvt Ltd. CPGL adalah operator dari blok gas Corridor (Corridor PSC), Sumatera Selatan, dengan kepemilikan hak partisipasi 54% di Blok Corridor ini.

Pelepasan saham ke Medco ini ditandai dengan penandatanganan kesepakatan Medco untuk mengakuisisi seluruh saham yang diterbitkan ConocoPhillips Indonesia Holding Ltd. (CIHL) dari Phillips International Investment Inc., yang merupakan anak perusahaan dari ConocoPhillips, kemarin, Rabu (08/12/2021).


Dengan dilepaskannya seluruh saham di Blok Corridor ini, maka artinya ConocoPhillips tak lagi menjadi operator atau pun mengelola blok migas di Indonesia, baik blok produksi maupun eksplorasi. Lantas, apakah ini artinya perusahaan migas asal Amerika Serikat ini akan hengkang dari RI?

Berikut sejumlah fakta terkait pelepasan saham ConocoPhillips ke Medco hingga pengembalian blok migas ke pemerintah:

1. Melepas Saham di South Natuna Sea Block B

Sebagai kilas balik, sebelum melepaskan kepemilikan saham di Blok Corridor, ConocoPhillips pada beberapa tahun lalu juga telah melepaskan kepemilikan sahamnya di South Natuna Sea Block B pada 2016 lalu kepada PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) juga.

Pada 17 November 2016 lalu, Medco mengumumkan pihaknya telah menuntaskan akuisisi ConocoPhillips Indonesia Inc Ltd (CIIL) dan ConocoPhillips Singapore Operations Pte Ltd (CSOP), keduanya merupakan anak usaha ConocoPhillips.

CIIL adalah operator dari PSC South Natuna Sea Block B dengan hak partisipasi sebesar 40% dan juga merupakan operator dari jaringan gas pipa West Natuna Transportation System (WNTS).

CSOP mengoperasikan fasilitas penerimaan gas di darat atau Onshore Receiving Facility (ORF) di Singapura. Infrastruktur WNTS beserta jaringan pipa gas Malaysia menjadi peran penting dalam mengkomersialisasikan temuan-temuan minyak dan gas yang ada dan aktivitas eksplorasi yang sedang berlangsung di kawasan Natuna.

Dengan demikian, kepemilikan hak partisipasi di South Natuna Sea Block B ini kini dimiliki Medco E&P Natuna Ltd 40% dan juga bertindak sebagai operator, lalu Medco Daya Abadi Lestari 35%, dan Prime Natuna Inc 25%. Kontrak blok migas ini akan berakhir pada 2028.

2. Mengembalikan Blok Eksplorasi ke Pemerintah

Setelah dilepasnya South Natuna Sea Block B ini, ConocoPhillips pun hanya tinggal mengoperasikan Blok Corridor dan melakukan eksplorasi di Blok Kualakurun. Namun kini, setelah ConocoPhillips melepaskan semua kepemilikan sahamnya di Blok Corridor ke Medco, artinya ConocoPhillips tak lagi menjadi operator atau pun mengelola blok migas di Indonesia, baik blok produksi maupun eksplorasi.

Berdasarkan laporan tahunan ConocoPhillips 2020, ConocoPhillips hanya mengoperasikan dua blok migas atau hanya memiliki dua kontrak blok migas (PSC), yakni Blok Corridor di Sumatera Selatan dan Blok Kualakurun di Kalimantan Tengah. Adapun blok migas yang sudah berproduksi yaitu Blok Corridor.

Sementara Blok Kualakurun yang termasuk dalam kategori blok eksplorasi disebutkan akan dikembalikan ke pemerintah. ConocoPhillips memperoleh kontrak pengelolaan Blok Kualakurun ini pada 2015 dengan periode eksplorasi selama enam tahun. Perusahaan migas AS ini telah menyelesaikan komitmen kerja pasti pada 2017, termasuk pemetaan satelit dan seismik 2D 740 km. Namun sayangnya, setelah melakukan evaluasi, pihaknya dan kontraktor lain di blok ini memutuskan untuk mengembalikan blok ini kepada pemerintah.


3. Blok Corridor Produktif Hasilkan Gas

Blok Corridor sendiri sebenarnya termasuk blok gas yang produktif. Berdasarkan data SKK Migas hingga 30 September 2021, produksi gas dari Blok Corridor yang dioperasikan ConocoPhillips (Grissik) Ltd ini merupakan penghasil gas terbesar kedua nasional, setelah Blok Berau yang dioperasikan BP Berau Ltd di Papua.

Berdasarkan data SKK Migas, realisasi produksi gas dari Blok Corridor hingga kuartal III 2021 ini tercatat mencapai 995 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) dan realisasi salur gas (lifting) mencapai 831 MMSCFD, lebih tinggi dari target yang ditetapkan dalam APBN 2021 sebesar 780 MMSCFD.


4. Terima Perpanjangan Kontrak Blok Corridor dari Pemerintah Tapi dengan Sejumlah Ketentuan

ConocoPhillips juga bahkan telah mendapatkan perpanjangan pengelolaan Blok Corridor yang kontraknya akan berakhir pada 2023 mendatang. Pada 22 Juli 2019 lalu Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang saat itu dijabat oleh Ignasius Jonan juga telah menandatangani Surat Keputusan Persetujuan Perpanjangan dan Penentapan Bentuk dan Ketentuan-Ketentuan Pokok (Terms and Conditions) pada Blok Corridor.

Persetujuan perpanjangan Kontrak Kerja Sama Wilayah Kerja Corridor telah ditetapkan dengan pemegang hak partisipasi (PI) ConocoPhillips (Grissik) Ltd sebesar 46% sebagai operator, Talisman Corridor Ltd (Repsol) sebesar 24%, dan PT Pertamina Hulu Energi Corridor sebesar 30%. Hak partisipasi yang dimiliki tersebut sudah termasuk Partisipasi Interes 10% yang akan ditawarkan kepada Badan Usaha Milik Daerah.

Kontrak Bagi Hasil Blok Corridor akan berlaku untuk 20 tahun, efektif sejak 20 Desember 2023 dan menggunakan skema Gross Split. Perkiraan nilai investasi dari pelaksanaan Komitmen Kerja Pasti (KKP) 5 tahun pertama sebesar US$ 250 juta dan Bonus Tanda Tangan sebesar US$ 250 juta. Meski pada tiga tahun pertama masa perpanjangan kontrak Blok Corridor ini, ConocoPhillips ditunjuk masih sebagai operator, namun ke depannya bila Pertamina sudah siap, maka pengelolaan blok ini akan dialihkan ke Pertamina.

Bila Medco mengakuisisi Blok Corridor ini, maka artinya Medco menggantikan ConocoPhillips sebagai operator blok ini, bahkan setelah 2023.


5. Lepas Jaringan Gas Pipa ke Singapura

Selain melepas Blok Corridor, ConocoPhillips juga melepas kepemilikan saham di jaringan pipa gas yang menyalurkan gas ke Sumatera Tengah, Batam, hingga Singapura melalui TransAsia.

Perlu diketahui, ConocoPhillips memiliki 35% saham di konsorsium kepemilikan pipa gas yang memiliki 40% kepemilikan di PT Transportasi Gas Indonesia yang memiliki dan mengoperasikan pipa gas dari Grissik ke Duri dan dari Grissik ke Singapura.

6. Tanggapan Medco

Roberto Lorato, CEO Medco Energi, mengatakan bahwa, "Transaksi ini melanjutkan rekam jejak MedcoEnergi dalam memberikan nilai tambah melalui akuisisi dan sesuai dengan strategi Perubahan Iklim kami. Akuisisi ini akan semakin memperkuat posisi MedcoEnergi di Asia Tenggara dan akan menghasilkan sinergi yang kuat dengan wilayah kerja kami di Sumatra. Kami siap menyambut seluruh pekerja berkualitas dari Corridor PSC untuk bergabung ke dalam grup MedcoEnergi."

Transaksi ini diharapkan selesai pada Q1 2022, dengan mengikuti persyaratan yang berlaku umum serta persetujuan para pemegang saham di Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan diadakan sesuai jadwal.

Hilmi Panigoro, Direktur Utama mengatakan, "Akuisisi Corridor sesuai dengan strategi kami yakni memiliki dan mengembangkan aset berkualitas tinggi serta menghasilkan arus kas positif. Untuk seluruh operasi, kami berkomitmen untuk tetap menjaga standar keselamatan kerja yang tinggi, pelestarian lingkungan dan tanggung jawab sosial. Akuisisi ini akan memperkuat posisi MedcoEnergi sebagai perusahaan energi dan sumber daya alam independen terkemuka di Indonesia dan memperkuat komitmen kami dalam pembangunan nasional."

Setelah transaksi, proforma pedoman Medco Energi tahun 2022 untuk segmen minyak dan gas adalah produksi 155 ribu barel setara minyak per hari (boepd), belanja modal US$ 275 juta dan biaya kas per unit di bawah US$10/boe.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ekspansi Elnusa, Mini LNG Plant - Incar Lapangan Migas Irak