Gokil! Genjot Ekonomi,'Helikopter Uang' China Rp 2.703 T
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Rakyat China akan memotong rasio persyaratan cadangan untuk sebagian besar bank hingga setengah poin persentase, mulai 15 Desember mendatang, Senin (6/12/2021) lalu.
Langkah itu akan mengeluarkan sekitar 1,2 triliun yuan (Rp 2.703 triliun) untuk pinjaman bisnis dan rumah tangga. Ini juga akan mengurangi jumlah uang yang harus disimpan bank sebagai cadangan.
Keputusan pemotongan kedua untuk rasio tahun ini muncul saat Politbiro China mengisyaratkan akan mengambil tindakan yang lebih agresif untuk melindungi ekonomi pada tahun 2022.
Tim kepemimpinan Partai Komunis China, yang diketuai oleh Presiden Xi Jinping, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "memastikan stabilitas" akan menjadi prioritas utama di tahun mendatang.
"Dengan kata lain, para pemimpin puncak sangat prihatin dengan risiko potensi ketidakstabilan," kata Larry Hu, kepala ekonomi China untuk Grup Macquarie dalam catatan penelitian Senin.
Beijing sangat berhati-hati dalam mengintervensi pemulihan ekonomi China selama pandemi virus corona. Ekonomi terbesar kedua di dunia itu mengungguli negara-negara besar lainnya selama pandemi, dan merupakan satu-satunya ekonomi global utama yang tumbuh tahun lalu.
Tetapi China telah menghadapi banyak tantangan untuk pertumbuhan pada tahun 2021, termasuk kekurangan listrik, penundaan pengiriman dan krisis di real estat. Analis juga khawatir tentang dampak tindakan keras besar-besaran negara itu terhadap perusahaan teknologi dan perusahaan swasta lainnya.
Hu mencatat bahwa selama pertemuan Politbiro Desember lalu, kepemimpinan mengisyaratkan bahwa mereka akan memperketat peraturan tentang bisnis swasta, kebijakan yang mendominasi berita utama pada tahun 2022.
"Kali ini, rapat Politbiro menyarankan bahwa prioritas telah bergeser dari pengetatan regulasi menjadi mendukung pertumbuhan," tambahnya.
Krisis real estat juga jadi kasus besar bagi China. Evergrande, salah satu pengembang terbesar dan paling berutang di negara itu, tertatih-tatih di ambang default selama berbulan-bulan. Analis khawatir bahwa runtuhnya Evergrande dapat memiliki efek riak di seluruh sektor properti di China, yang menyumbang sebanyak 30% dari PDB.
(tfa/tfa)