Bos Raksasa Migas Arab 'Ogah' Buru-buru Hijrah Energi Bersih
Jakarta, CNBC Indonesia - Chief Executive Saudi Aramco Amin Nasser mendesak para pemimpin global untuk terus berinvestasi dalam bahan bakar fosil pada tahun-tahun mendatang.
Bos produsen minyak terbesar dunia itu mengatakan peralihan ke energi bersih terlalu cepat. Ini dikatakannya dalam sambutannya dalam acara Kongres Minyak Dunia di Houston, Texas, Amerika Serikat (AS), Senin (6/12/2021).
Nasser mengklaim bahwa transisi ke bahan bakar yang lebih bersih terlalu cepat dapat memicu inflasi yang tidak terkendali dan kerusuhan sosial. Ini pada akhirnya mengubah target emisi negara untuk mengekang polusi karbon.
"Saya mengerti bahwa mengakui secara terbuka bahwa minyak dan gas akan memainkan peran penting dan signifikan selama transisi dan seterusnya akan sulit bagi sebagian orang," kata Nasser selama konferensi, yang berfokus pada strategi dan teknologi rendah karbon, dikutip dari CNBC International.
"Tetapi mengakui kenyataan ini akan jauh lebih mudah daripada berurusan dengan kerawanan energi, inflasi yang merajalela, dan kerusuhan sosial karena harga menjadi sangat tinggi, dan melihat komitmen nol-bersih oleh negara-negara mulai terurai," lanjutnya.
Pernyataan Nasser datang di tengah meningkatnya tekanan pada industri migas untuk membatasi eksplorasi dan produksi bahan bakar fosil dan beralih ke pengembangan energi terbarukan. Ini dilakukan karena negara-negara menetapkan target pengurangan emisi karbon baru untuk memerangi perubahan iklim.
Di sisi lain, para pemimpin energi dunia lainnya di konferensi tersebut, termasuk Chief Executive Exxon dan Chevron, juga berpendapat bahwa permintaan migas akan tetap tinggi di tahun-tahun mendatang meskipun ada upaya untuk transisi ke ekonomi energi bersih.
"Minyak dan gas terus memainkan peran sentral dalam memenuhi kebutuhan energi dunia, dan kami memainkan peran penting dalam menyediakannya dengan cara yang lebih rendah karbon," kata CEO Chevron Mike Wirth di konferensi tersebut.
Exxon mengumumkan rencana untuk mencapai emisi nol bersih dari operasinya di ladang minyak dan gas di Texas Barat dan New Mexico pada tahun 2030 sebagai bagian dari upaya untuk mengekang emisi di seluruh bisnisnya. Selama konferensi, CEO perusahaan Darren Woods menekankan kebutuhan bahan bakar fosil yang berkelanjutan di tengah transisi energi bersih.
"Faktanya tetap, di bawah skenario yang paling kredibel, termasuk jalur net-zero, minyak dan gas alam akan terus memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat," kata Woods.
Permintaan bahan bakar fosil di seluruh dunia melonjak tajam tahun ini setelah ekonomi dunia pulih dari pandemi Covid-19. Emisi karbon global dari pembakaran bahan bakar fosil diperkirakan akan meningkat menjadi 36,4 miliar ton tahun ini dibandingkan dengan tahun 2020, menandai peningkatan sebesar 4,9%.
(tfa/tfa)