Internasional
Ini Alasan RI Pilih 'Bungkam' soal Protes China di Natuna

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah China dilaporkan melakukan protes terhadap Indonesia. Protes itu meliputi pengeboran minyak dan gas alam di wilayah Laut China Selatan (LCS), serta latihan militer yang dilakukan RI bersama Amerika Serikat (AS).
Dalam laporan Reuters, pemerintah China mengirimkan surat kepada Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI. Pengeboran minyak dan gas alam itu disebut bersinggungan dengan klaim wilayah negeri itu, melalui konsep 'sembilan garis putus-putus (nine-dash line)'.
Menanggapi hal ini, juru Bicara Kemlu RI Teuku Faizasyah, mengatakan bahwa pihaknya belum dapat mengkonfirmasi laporan tersebut lebih lanjut. Ia menyebut protes melalui nota diplomatik bersifat tertutup.
"Saya tidak bisa mengkonfirmasi isi dari berita tersebut. Terlebih lagi komunikasi diplomatik, termasuk melalui nota diplomatik, bersifat tertutup," paparnya melalui pesan singkat kepada CNBC Indonesia.
Sebelumnya surat China terungkap dari pernyataan Anggota Komisi I DPR RI Muhammad Farhan. Dimuat Reuters, ia mengungkap isi surat dari China sedikit mengancam.
"Karena itu adalah upaya pertama diplomat China untuk mendorong agenda 'sembilan garis putus-putus' mereka terhadap hak-hak kami di bawah Hukum Laut," kata Farhan.
Farhan kemudian menegaskan bahwa Indonesia tidak akan tunduk dengan hal itu. Pasalnya wilayah pengeboran itu secara sah merupakan hak milik RI.
"Jawaban kami sangat tegas, bahwa kami tidak akan menghentikan pengeboran karena itu adalah hak kedaulatan kami," tambahnya.
Dalam surat terpisah lainnya dari China, Farhan mengatakan China juga memprotes latihan militer Garuda Shield yang dilakukan bersama AS pada Agustus lalu. China khawatir latihan itu akan mengganggu stabilitas kawasan.
"Dalam surat resmi mereka, pemerintah China mengungkapkan keprihatinan mereka tentang stabilitas keamanan di daerah itu," katanya lagi.
LCS merupakan jalur penting untuk sebagian besar pengiriman komersial dunia. Ini terletak di bibir lautan sejumlah negara termasuk ASEAN seperti Brunei, Kamboja, China, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.
Lautan itu diyakini sebagai lautan yang kaya hasil alam, terutama migas dan ikan. Menurut CFR, di LCS ada sekitar 900 triliun kaki kubik gas alam.
Sumber lain dari American Security Project menyebutkan bahwa cadangan gas di LCS mencapai 266 triliun kaki kubik. Angka itu menyumbang 60-70% dari total cadangan hidrokarbon teritori tersebut.
Melalui konsep 'sembilan garis putus-putus', China selama ini sudah mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan, yakni sekitar 90% yang meliputi area seluas sekitar 3,5 juta kilometer persegi (1,4 juta mil persegi).
Klaim teritorial sepihak China di LCS sendiri kerap bersinggungan dengan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang dimiliki oleh Indonesia, beberapa negara ASEAN lainnya, serta Taiwan. Tercatat, beberapa kali kapal patroli China dilaporkan memasuki ZEE milik RI ini.
[Gambas:Video CNBC]
China Dilaporkan Ganggu Minyak RI di Natuna, Ini Updatenya!
(tfa/sef)