Natuna Simpan 'Harta Karun' Besar RI, Waspada Diambil China!

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
01 December 2021 12:45
Medco e&p natuna temukan cadangan gas di perairan natuna. (SKK Migas)
Foto: Medco e&p natuna temukan cadangan gas di perairan natuna. (SKK Migas)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perairan Natuna berbatasan dengan Laut China Selatan yang menjadi rebutan banyak negara, terutama China. Tak ayal bila kawasan ini sering dinodai konflik pelanggaran perbatasan wilayah dengan wara-wirinya sejumlah kapal asing, seperti China dan Vietnam.

Indonesia sendiri menyimpan "harta karun" besar di perairan Natuna ini, yakni temuan cadangan hidrokarbon atau minyak dan gas bumi (migas).

Terbaru, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Premier Oil Tuna B.V. berhasil menemukan cadangan minyak dan gas bumi (migas) di Wilayah Kerja (WK) atau Blok Tuna.

Wilayah Kerja Tuna ini berada di lepas pantai Natuna Timur, tepat di perbatasan Indonesia-Vietnam.

Benny Lubiantara, Deputi Perencanaan SKK Migas mengatakan, temuan cadangan ini diperoleh melalui pengeboran dua sumur delineasi Singa Laut (SL)-2 dan Kuda Laut (KL)-2.

Dia menjelaskan, pada 2014 lalu Premier Oil melakukan pengeboran sumur eksplorasi dengan dua kaki yang menyasar pada potensi hidrokarbon di struktur SL-1 dan struktur KL-1. Menurutnya kedua sumur ini menemukan potensi minyak dan gas dari Formasi Gabus, Arang, dan Lower Terumbu.

"Potensi hidrokarbon dari struktur SL dan KL ini kemudian dikonfirmasi kembali dengan melakukan pengeboran dua sumur delineasi SL-2 dan KL-2 pada tahun 2021," paparnya, seperti dikutip dari keterangan resmi SKK Migas, Selasa (30/11/2021).

Kedua sumur ini dia sebut sudah dikategorikan ke dalam sumur kunci tahun 2021 oleh SKK Migas sejak awal. Temuan ini menurutnya bisa membantu pemerintah dalam mencapai target produksi minyak 1 juta barel per hari (bph) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030 mendatang.

"Keberhasilan kedua sumur ini akan membuka peluang penemuan hidrokarbon lainnya di area tersebut yang dapat membantu target pemerintah dalam mencapai produksi 1 juta bph dan 12 BSCFD," ujarnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, saat ini SKK Migas bersama dengan Premier Oil Tuna B.V. tengah melakukan koordinasi serta langkah-langkah yang diperlukan untuk dapat menghitung secara terukur besaran cadangan hidrokarbon di struktur SL dan KL.

"Evaluasi PSE (Penentuan Status Eksplorasi) dan studi-studi pendukung usulan Plan of Development (rencana pengembangan/ PoD)akan mulai didiskusikan selambatnya awal Januari 2022," lanjutnya.

Dia berpandangan, temuan cadangan di struktur SL dan KL ini sangat berpotensi menjadi temuan migas ekonomis pertama yang dapat berproduksi di Cekungan Natuna Timur.

Selain itu, salah satu "harta karun" di perairan Natuna yang sangat besar yaitu cadangan hidrokarbon raksasa mencapai 222 triliun kaki kubik (TCF) di Blok East Natuna.

Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) Hadi Ismoyo sempat mengatakan kepada CNBC Indonesia bahwa potensi besar gas di Blok East Natuna ini bahkan telah ditemukan sejak 47 tahun lalu, tapi sayangnya hingga saat ini belum juga bisa dieksploitasi.

Kendalanya, menurutnya yaitu karena kandungan karbon dioksidanya besar sekali mencapai 71%, sehingga dibutuhkan teknologi canggih dan investasi tinggi untuk mengelolanya.

Dari potensi 222 TCF, tapi dengan kandungan CO2 mencapai 71%, maka lean gas yang bisa dieksploitasi hanya sekitar 46 TCF. Meski demikian, lanjutnya, itu bahkan mencapai tiga kali lipat dari cadangan Lapangan Tangguh dan Blok Masela.

"Jadi, ini memang cadangan besar. Posisinya adalah beneran di perbatasan antara wilayah Indonesia dan Laut China Selatan yang diklaim China Daratan," ujarnya.

Dia mengakui, potensi migas di Laut China Selatan ini sangat besar, sehingga menjadi rebutan banyak pihak. Indonesia juga telah memproduksi migas dari blok migas di kawasan Natuna Barat sejak sejak 1990-an yang kemudian gasnya diekspor ke Singapura.

Menurutnya, aktivitas pengeboran di daerah Natuna ini, terlebih berbatasan dengan Laut China Selatan menjadi sangat penting untuk segera dilakukan. Bila ada kegiatan pertambangan seperti ini, maka menurutnya tidak akan mudah diklaim oleh negara lain bahwa kawasan tersebut merupakan milik mereka.

Sementara itu, China pada 2020 lalu dikabarkan telah menemukan ladang minyak dengan potensi 200 juta ton minyak dan 300 miliar ton gas di selatan Pulau Hainan, Laut China Selatan.

China juga disebut sudah menyelesaikan pembangunan platform penyimpanan (storage) di sana yang mampu menampung 53.000 ton migas.

Berdasarkan data SKK Migas hingga September 2021, produksi minyak di perairan Natuna tercatat sebesar 17.449 barel per hari (bph) dan produksi gas sebesar 394 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).

Adapun produksi tersebut berasal dari tiga Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) atau produsen migas di lepas pantai (offshore) Natuna, antara lain Medco E&P Natuna, Premier Oil, dan Star Energy.

Berikut daftar blok migas di Natuna, mengutip data SKK Migas:

BLOK PRODUKSI

1. South Natuna Sea Block B
Blok ini dioperasikan oleh Medco E&P Natuna Pte Ltd, unit usaha PT Medco Energi Internasional Tbk. Adapun target lifting minyak pada 2021 ini sebesar 10.500 barel per hari (bph) dan gas 120 MMSCFD. Hingga 30 Juni 2021, lifting minyak tercatat rata-rata mencapai 15.104 bph dan gas 135 MMSCFD.

2. Natuna Sea Block A
Blok ini dioperasikan oleh Premier Oil Natuna Sea B.V. Adapun target lifting gas di blok ini pada tahun ini sebesar 180 MMSCFD dan realisasi lifting hingga akhir Juni 2021 rata-rata mencapai 209 MMSCFD.

3. Blok Kakap
Blok ini dioperasikan oleh Star Energy (Kakap) Ltd. Adapun produksi minyak pada 2020 sekitar 1.412,5 bph dan gas 17,5 MMSCFD.

BLOK PENGEMBANGAN

Adapun dua blok masih dalam tahap pengembangan dan belum berproduksi yaitu:

1. Duyung
Dioperasikan West Natuna Exploration Limited, dengan perusahaan holding Conrad.

2. North West Natuna
Blok ini dioperasikan Mitsui Oil Exploration Co Ltd, dengan perusahaan holding Mitsui.

BLOK EKSPLORASI

Sedangkan tiga blok eksplorasi lainnya yaitu:

1. Anambas
Blok ini dioperasikan oleh Kufpec Indonesia (Anambas) B.V., unit usaha Kufpec.

2. North Sokang
Blok ini dioperasikan oleh PT Medco Energi Natuna Timur, unit usaha PT Medco Energi Internasional Tbk.

3. Tuna
Dioperasikan oleh Premier Oil Tuna B.V.

Ketiga blok eksplorasi tersebut masih belum berproduksi.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular