
Kacau! Ini Biang Kerok yang Bikin RI Kena 'Kiamat' Kontainer

Jakarta, CNBC Indonesia - Eksportir blak-blakan soal dampak gangguan rantai pasokan dunia akibat pandemi memukul pelaku usaha eksportir di Indonesia. Hal ini memicu fenomena 'kiamat' kontainer, saat pasokan terbatas dan harga pun 'terbang' tinggi.
Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) Abdul Sobur menjelaskan kontainer yang tersedia itu banyak dimiliki oleh perusahaan pelayaran atau shipping line luar negeri. Sementara ruang kontainer saat ini terbatas karena banyak kontainer kosong yang ditarik oleh shipping line.
"Kita nggak mandiri dalam hal kontainer dan logistik. Padahal pemerintah berencana menjadikan Indonesia sebagai poros maritim," katanya kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (30/11/2021).
Abdul yang biasa melakukan ekspor furnitur ke berbagai negara menjelaskan kalau selain jadwal pelayaran kapal yang sedikit, tapi kontainer juga sudah semakin langka karena banyak ditarik oleh perusahaan pengapalan asing.
"Pemilik kontainer itu adalah perusahaan asing, kalau mereka butuh kontainer maka akan diambil saja meski tidak dalam konteks keperluan mereka. Seperti Costco mereka pasti membuat prioritas untuk pelanggan mereka saja," katanya.
Untuk itu Lanjut Abdul, peran dari pemerintah tidak hanya harus memastikan ketersediaan kontainer dan jadwal pengiriman kapal, Namun supaya mengurangi ketergantungan dengan dengan perusahaan pelayaran asing, Indonesia harus punya perusahaan pelayaran antar benua sendiri.
Tidak hanya itu dia juga mengusulkan, Indonesia mulai membangun kontainer sendiri baik melalui PT Inka, maupun BUMN lainnya.
"Jadi tidak hanya banyak membuat pelabuhan internasional, tapi kita harus punya mother vessel sendiri. Supaya mandiri. Untuk membuatnya juga tidak semahal buat Kereta Cepat hanya Rp 3 triliun," kata Abdul.
Sementara untuk jangka pendek, menurut dia pemerintah bisa memaksa pihak shipping line untuk tidak mengirimkan kontainer kosong ke luar negeri. Dengan cara regulasi yang dibuat Kemenhub atau Peraturan Presiden (PP).
"Jadi butuh Perpres atau Permenhub atau apa supaya tidak ada kontainer kosong ke luar negeri," katanya.
Kelangkaan kontainer ini menurut Sobur sudah dirasakan dari 8 bulan lalu. berawal dari demand dan supply yang belum seimbang dari aktivitas ekspor impor. Itu memicu keterbatasan ruang di kapal hingga ketersediaan kontainer.
Imbasnya eksportir harus membayar mahal untuk melakukan pengapalan kargo kontainer terutama rute Eropa dan Amerika. Contohnya Amerika mencapai US$ 20 ribu per kontainer, sementara Eropa US$ 14-16 ribu per kontainer, sebelumnya harga pengiriman hanya sepertiganya.
Kiamat kontainer' diperkirakan tidak akan selesai dalam waktu dekat, bahkan harga ongkos pengiriman kargo kontainer akan menemukan titik keseimbangan baru dan tidak akan kembali pada harga yang lama. Namun, masalah fundamental soal kontainer harus menjadi perhatian serius.
Selama pandemi banyak rantai pasok terkendala sehingga berdampak pada pasokan kontainer yang terbatas di seluruh dunia termasuk Indonesia. Hal ini berimbas pada kenaikan biaya jasa pengiriman dengan kontainer yang menekan dunia usaha.
"Sejauh yang saya lihat ini sedang bergerak pada keseimbangan baru, artinya harga ini nggak mungkin turun," kata Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi, kepada CNBC Indonesia, Senin (29/11/2021).
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Kabar Baik! Kelangkaan Kontainer Eksportir Bakal Berakhir