Ternyata Ini yang Bikin RI Kena 'Kiamat' Kontainer

News - Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
29 November 2021 12:11
FILE PHOTO: Containers are seen at the Yangshan Deep-Water Port in Shanghai, China October 19, 2020. REUTERS/Aly Song/File Photo/File Photo Foto: Kontainer terlihat di Pelabuhan Air Dalam Yangshan di Shanghai, China (19/102020). (REUTERS/Aly Song)

Jakarta, CNBC Indonesia - Eksportir masih kesulitan mendapatkan ruang kontainer, bahkan meminta satu aturan supaya tidak ada kontainer kosong dikirimkan ke luar negeri.

Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) Abdul Sobur menjelaskan kontainer yang tersedia itu banyak dimiliki oleh perusahaan pelayaran atau shipping line luar negeri. Sementara ruang kontainer saat ini terbatas karena banyak kontainer kosong yang ditarik oleh shipping line.

"Kita nggak mandiri dalam hal kontainer dan logistik. Padahal pemerintah berencana menjadikan Indonesia sebagai poros maritim," katanya kepada CNBC Indonesia, Senin (29/11/2021).

Abdul yang biasa melakukan ekspor furnitur ke berbagai negara menjelaskan kalau selain jadwal pelayaran kapal yang sedikit, tapi kontainer juga sudah semakin langka karena banyak ditarik oleh perusahaan pengapalan asing.

"Pemilik kontainer itu adalah perusahaan asing, kalau mereka butuh kontainer maka akan diambil saja meski tidak dalam konteks keperluan mereka. Seperti Costco mereka pasti membuat prioritas untuk pelanggan mereka saja," katanya.

Untuk itu Lanjut Abdul, peran dari pemerintah tidak hanya harus memastikan ketersediaan kontainer dan jadwal pengiriman kapal, Namun supaya mengurangi ketergantungan dengan dengan perusahaan pelayaran asing, Indonesia harus punya perusahaan pelayaran antar benua sendiri.

Tidak hanya itu dia juga mengusulkan, Indonesia mulai membangun kontainer sendiri baik melalui PT Inka, maupun BUMN lainnya.

"Jadi tidak hanya banyak membuat pelabuhan internasional, tapi kita harus punya mother vessel sendiri. Supaya mandiri. Untuk membuatnya juga tidak semahal buat Kereta Cepat hanya Rp 3 triliun," kata Abdul.

Sementara untuk jangka pendek, menurut dia pemerintah bisa memaksa pihak shipping line untuk tidak mengirimkan kontainer kosong ke luar negeri. Dengan cara regulasi yang dibuat Kemenhub atau Peraturan Presiden (PP).

"Jadi butuh Perpres atau Permenhub atau apa supaya tidak ada kontainer kosong ke luar negeri," katanya.

Kelangkaan kontainer ini menurut Sobur sudah dirasakan dari 8 bulan lalu. berawal dari demand dan supply yang belum seimbang dari aktivitas ekspor impor. Itu memicu keterbatasan ruang di kapal hingga ketersediaan kontainer.

Imbasnya eksportir harus membayar mahal untuk melakukan pengapalan kargo kontainer terutama rute Eropa dan Amerika. Contohnya Amerika mencapai US$ 20 ribu per kontainer, sementara Eropa US$ 14-16 ribu per kontainer, sebelumnya harga pengiriman hanya sepertiganya.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Krisis Kontainer, Acak-Acak Stok Mainan Anak di Dunia!


(hoi/hoi)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading