Bisa Guncang Dunia, Sri Mulyani Pantau AS Jinakkan Inflasi
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menunggu langkah Amerika Serikat (AS) mengendalikan inflasi, tanpa mengeluarkan kebijakan yang mampu mengguncang dunia.
"Di AS inflasi 6,2%, ini tertinggi sejak 30 tahun terakhir. Ini tantangan nyata. Kita menunggu gimana langkah-langkah AS bisa menjinakkan kembali inflasi tanpa menimbulkan guncangan di dunia," ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Kamis (25/11/2021)
Tadi malam, Departemen Perdagangan AS juga melaporkan inflasi yang dilihat dari personal consumption expenditure (PCE) melesat 5% year-on-year (YoY) di bulan Oktober. Rilis tersebut menjadi yang tertinggi sejak November 1990.
Sementara inflasi inti PCE yang tidak memasukkan item energi dan makanan dalam perhitungan tumbuh 4,1% YoY, lebih tinggi dari bulan September 3,6% YoY, dan sesuai dengan prediksi Reuters. Inflasi yang menjadi acuan bank sentral AS (The Fed) dalam menetapkan kebijakan moneter ini berada di level tertinggi sejak Januari 1991.
Kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga lebih cepat juga terlihat dari rilis notula rapat kebijakan moneter bulan ini. Dalam notula tersebut menunjukkan para anggota dewan siap menaikkan suku bunga lebih awal jika inflasi terus meningkat.
Hal ini bisa memicu aliran dana keluar atau outflow dari negara berkembang dan mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah. Indonesia, kata Sri Mulyani mungkin cukup beruntung. Seiring dengan perekonomian yang membaik akibat lonjakan harga komoditas internasional. Terlihat dari posisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran yang surplus.
Sehingga dampak yang dirasakan diharapkan tidak akan separah pada 2013 silam, di mana pasar keuangan dalam negeri menjadi porak poranda. "Ini hal positif yang harus dijaga," ujarnya.
(mij/mij)