Kemenlu: Glasgow Climate Pact Perlu Dikawal Bersama

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
22 November 2021 14:15
Foto/ jokowi di sela kTT COP26/Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden
Foto: Foto/ jokowi di sela kTT COP26/Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia ikut menjadi bagian dari Pertemuan global terbesar bagi penanganan perubahan iklim, COP26 UNFCCC, yakni Pertemuan Negara-Negara Pihak pada Konvensi PBB mengenai Perubahan Iklim di Glasgow, Inggris. Delegasi Indonesia secara langsung dipimpin oleh Presiden Joko Widodo.

Pada forum COP26 telah berhasil menyepakati Glasgow Climate Pact dan menuntaskan Paris Rule Book yang akan menjadi panduan implementasi Paris Agreement. Glasgow Climate Pact menekankan pentingnya upaya bersama dalam membatasi kenaikan suhu global 1,5 derajat Celcius.

"Dokumen tersebut juga mencerminkan pandangan yang selalu diserukan Indonesia mengenai pentingnya peningkatan ambisi yang didasarkan pada implementasi konkret atas komitmen tiap negara, termasuk pemenuhan komitmen dukungan pendanaan negara maju kepada negara berkembang," tulis Kementerian Luar Negeri dalam siaran pers, Senin (22/11/2021).

Pemenuhan komitmen ini pun akan menjadi salah satu faktor penentu tercapainya target Paris Agreement secara penuh. Selain itu, salah satu hasil keputusan pertemuan ini yakni penuntasan panduan implementasi Pasal 6 Paris Agreement tentang pasar karbon global.

"Hal ini sejalan dengan rencana Indonesia untuk mendorong pemanfaatan nilai ekonomi karbon sebagai bagian dari aksi pengendalian perubahan iklim," tulis Kemenlu.

Melalui Perpres No. 98 tahun 2021, Indonesia akan memulai proses perdagangan karbon dan implementasi carbon pricing untuk mendukung pencapaian komitmen aksi iklim NDCs Indonesia.

Selain mendukung penurunan emisi, upaya ini juga akan memungkinkan perluasan sumber-sumber pendanaan aksi iklim melalui pelibatan sektor swasta dan aktor non-Pemerintah lainnya. Kemudian memperbaiki kualitas aset alam Indonesia, baik yang berupa hutan, lahan gambut, maupun mangrove.

Glasgow Climate Pact menjadi dokumen pertama dalam forum perubahan iklim global yang memberikan referensi khusus untuk mengurangi penggunaan batu bara, atau "coal phase down".

"Phasing down of coal diharapkan akan mendorong kemajuan transisi energi ke energi baru terbarukan, secara selaras dengan terjaganya keamanan energi dan terpenuhinya akses energi yang terjangkau bagi penduduk seluruh negara."

Pencapaian lainnya, khususnya bagi Indonesia untuk memperkuat keterkaitan antara penanganan perubahan iklim dengan pembangunan sektor kelautan (ocean-climate nexus). Presiden Joko Widodo juga menyampaikan pernyataan bersama negara-negara yang tergabung dalam Archipelagic and Island States (AIS) Forum, atau Forum Negara Kepulauan dan Pulau Kecil. COP26 juga sepakat untuk memandatkan UNFCC agar ke depannya menyelenggarakan pertemuan tahunan secara berkala mengenai isu ini.

"Meskipun di tengah situasi pandemi, COP 26 ini merupakan COP terbesar yang dilaksanakan. Hasil akhir COP26 tersebut dipandang sebagai komitmen iklim global paling ambisius sejak Paris Agreement," tulis Kemenlu.

Dalam pidato penutupan, Presiden COP 26, Alok Sharma, menegaskan bahwa komitmen yang telah disepakati negara-negara tersebut perlu segera ditindaklanjuti dengan aksi konkret. Meskipun masih jauh dari sempurna, Glasgow Climate Pact merupakan langkah maju yang perlu dikawal bersama.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Dorong Pengentasan Kemiskinan & Ekonomi Lokal di DWG G20

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular