
Dear RI! Sebelum 'Bunuh' Batu Bara, Ingat Dulu Jasa-jasanya

Jakarta, CNBC Indonesia - Batu bara, salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia memiliki masa depan yang suram. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai perubahan iklim atau yang dikenal COP26 memutuskan "mengurangi secara bertahap" penggunaan batu bara.
Meski dikurangi secara bertahap, tetapi pada akhirnya akan "mati". Baru bara dianggap sebagai salah satu sumber yang menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim, sehingga menjadi salah satu ancaman bagi dunia.
Batu bara banyak digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang perlahan mulai dihentikan operasinya. Khusus untuk Indonesia, PLTU ditargetkan pension sepenuhnya pada 2060, dan diganti dengan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan (EBT).
Kapasitas pembangkit listrik pada 2060 diproyeksikan akan mencapai sebesar 587 Giga Watt (GW), di mana sebesar 35 GW akan dipasok dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Tata Kelola Mineral dan Batu Bara (Minerba) Irwandy Arif menyebut, PLTN ditargetkan akan mulai beroperasi di Indonesia pada 2049.
"Untuk menjaga keandalan sistem, di tahun 2060 PLTN mencapai 35 GW," kutip bahan paparannya dalam acara 'Indonesia Energy and Coal Business Summit', Kamis (18/11/2021).
Batu bara selama ini berkontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia. Si batu hitam ini menjadi penyumbang pendapatan ekspor terbesar kedua untuk Indonesia.
Melansir data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada periode Januari - Oktober tahun ini, ekspor bahan bakar mineral yang termasuk batu bara mencapai US$ 25,5 miliar, mencatat kenaikan 81,55% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Nilai ekspor tersebut hanya kalah dari lemak dan minyak hewan/nabati yang termasuk minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sebesar US$ 27,3 miliar.
Ekspor bahan bakar mineral berkontribusi sebesar 14,42% terhadap total ekspor periode Januari - Oktober 2021.
Sementara untuk pertumbuhan ekonomi, sektor Pertambangan dan Penggalian berkontribusi lebih dari 9% terhadap produk domestik bruto (PDB). Di kuartal III-2021, sektor tersebut bahkan menjadi salah satu yang mencatat pertumbuhan signifikan, sebesar 7,78% year-on-year (YoY), hanya kalah dari Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial yang tumbuh 14,06%.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Ada Ribuan Perusahaan dan Ratusan Ribu Tenaga Kerja di Sektor Batu Bara