'Dimusuhi' Seluruh Dunia, Harga Batu Bara Tetap Melesat 7%!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 November 2021 07:30
A pile of coal is seen at a warehouse of the Trypillian thermal power plant, owned by Ukrainian state-run energy company Centrenergo, in Kiev region, Ukraine November 23, 2017. Picture taken November 23, 2017. REUTERS/Valentyn Ogirenko
Foto: REUTERS/Valentyn Ogirenko

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah anjlok dalam 4 pekan beruntun, harga batu bara akhirnya bangkit minggu ini. Meski demikian, masa depan batu bara tampaknya tetap akan suram, sebab "dimusuhi" seluruh dunia, karena penggunaannya dianggap sebagai salah satu pemicu pemanasan global.

Melansir data dari Refinitiv, harga batu bara acuan Ice Newcastle melesat 7,3% ke US$ 158/ton di pekan ini. Sementara sebelumnya dalam 4 pekan beruntun harganya jeblok nyaris 40%. Sementara jika dilihat dari rekor tertinggi sepanjang masa US$ 280/ton yang dicapai 5 Oktober lalu, harga batu bara jeblok hingga 47%.

Suramnya masa depan batu bara terlihat dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai perubahan iklim atau yang dikenal COP26 memutuskan "mengurangi secara bertahap" penggunaan batu bara. Duet China dan India membuat keputusan tersebut melunak dibandingkan rencana awal yakni "menghapuskan secara bertahap" penggunaan batu bara.

China dan India merupakan konsumen batu bara terbesar di dunia, sehingga masih memerlukannya untuk memutar roda perekonomian. Selain itu, dua raksasa ekonomi dunia tersebut memperjuangkan nasib negara-negara berkembang yang napasnya di batu-bara.

Setidaknya dalam jangka pendek batu bara jadi jalan utama bagi negara berkembang menuju pemulihan pasca pandemi. Negara berkembang menguasai kurang lebih 80% total produksi batu bara dunia. Sehingga tidak bisa dengan mudah melepaskan batu bara dari ekonomi negara berkembang.

Meski demikian, misi semua negara sama yakni menghentikan penggunaan batu bara di masa depan. Presiden China, Xi Jinping mengatakan akan mulai mengurangi penggunaan batu bara mulai tahun 2026.

Hal senada juga diungkapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat memberikan pengarahan kepada komisaris dan direksi PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) di Istana Kepresidenan, Selasa (16/11/2021).

Jokowi menekankan, selama pertemuan di G20 maupun COP26 beberapa waktu lalu, arah sektor energi ke depan sudah bisa ditebak.

"Suatu saat energi fosil, penggunaan mineral fosil itu pada suatu titik akan disetop," kata Jokowi seperti dikutip dari video yang diunggah kanal Youtube Sekretariat Presiden, Sabtu (20/11/2021)

Masa depan yang suram ditambah dengan intervensi dari China membuat harga batu bara yang sebelumnya terus meroket berbalik nyungsep, sebelum berhasil menguat minggu ini karena faktor teknikal.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Market Bites: Pemerintah Batalkan Sisa Lelang SUN 2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular