Beda Nasib, Harga Rumah Bekas Hancur Lebur, Baru Malah Naik!

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
20 November 2021 20:00
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.
Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.
Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.
Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Nasib sektor properti khususnya rumah seken mengalami tekanan berat saat ini. Ketika banyak rumah seken numpuk tidak laku terjual, hal berbeda justru rumah baru mengalami perbaikan penjualan, utamanya jika dibandingkan dengan masa-masa awal pandemi.

"Pasar primer dan secondary beda. Untuk primer mulai terjadi kenaikan penjualan dari pengembang cukup sukses belakangan," kata Directors Head of Research and Consultancy Savills Indonesia, Anton Sitorus kepada CNBC Indonesia, Sabtu (20/11/21).

Kenaikan penjualan rumah baru tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang memberikan insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Ditanggung Pemerintah (DTP) untuk sektor properti hingga Desember 2021.

Dalam pemberian insentif ini, pemerintah memberlakukan dua jenis. PPN 100% ditanggung pemerintah atas rumah tapak atau rumah susun dengan harga jual paling tinggi Rp 2 miliar dan 50% ditanggung pemerintah atas rumah tapak atau rumah susun dengan harga jual di atas Rp 2 miliar sampai 5 miliar. Nyatanya, kebijakan ini berdampak positif pada pasar.

"Pasar rumah seken dampaknya nggak terlalu besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan buat pertumbuhan pasar properti. Karena rumah seken market-nya nggak seperti pasar primer, primer kan berasal dari pembangunan proyek baru dari yang nggak ada jadi ada, membutuhkan proses ekonomi, membeli bahan, dengan tenaga kerja. Rumah seken nggak ada pembelian bahan bangunan dan sebagainya," katanya.

Sementara itu pasar rumah seken tidak mendapatkan insentif sebagaimana pasar rumah baru. Dampaknya pun terlihat, ketika pasar rumah baru bergeliat, hal berbeda terjadi justru di pasar rumah seken. Bahkan ada beberapa pemilik yang rela menurunkan harga hingga 50%.

"Kalau tahun lalu orang ada yang bilang separuh harga (50%) waktu puncak-puncak pandemi. Sekarang mungkin nggak setinggi itu, walau saya dengar ada satu-dua kaya gitu, tapi nggak banyak," sebut Anton.

Kalapandemi, aksi jual properti dengan harga miring sampai 50% banyaknya dilakukan oleh orang yang terhimpit oleh keadaan, atau benar-benar butuh uang (BU). Ketika penawaran dengan diskon kecil belum juga berdampak terhadap transaksi penjualan, maka langkah selanjutnya ialah menawarkan dengan harga super miring.

Hal ini terlihat dari laporan bulanan bertajuk Flash Report edisi Oktober dari Rumah123.com.

"Kota Surabaya dan Semarang mencatatkan penurunan harga secara month-on-month masing-masing sebesar 1,0% dan 0,6%," tulis Rumah123.com dalam keterangan resminya, Jumat (19/11/21).

Harga Rumah Baru Tetap Naik

Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia mengindikasikan harga properti residensial tumbuh terbatas pada Kuartal III-2021.

Tercermin dari kenaikan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Kuartal-III 2021 sebesar 1,41% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 1,49% (yoy).

BI memproyeksi, pada Kuartal IV-2021, harga properti residensial primer masih tumbuh terbatas sebesar 1,19% (yoy).


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Orang Ramai-Ramai Jual Rumah Bekas Awal Tahun, Tanda Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular