Cuci Tangan Negara Kaya Terhadap 'Kiamat' Iklim di Bumi

Jakarta, CNBC Indonesia - KTT iklim di Glasgow berakhir dengan tidak sempurna. Pada menit terakhir India dan China berhasil mengubah draft kesepakatan soal batu bara dengan mengubah frase "menghapuskan" menjadi "berkurang secara bertahap".
Banyak yang kecewa dengan keputusan di injury time tersebut.
"Saya ingin membaca catatan kekecewaan mendalam kami dengan perubahan bahasa pada batubara, dari fase keluar, ke fase penurunan.Kami menerima perubahan ini, dengan sangat enggan," kata Tina Stege, utusan COP26 dari Kepulauan Marshall.
"Kami melakukannya hanya, karena ada elemen penting dari paket ini yang dibutuhkan masyarakat di negara saya, sebagai jalur kehidupan untuk masa depan mereka," pernyataan kekecewaan mendalam perwakilan Swiss.
Namun, India dan China bukan tanpa alasan mengintervensi hasil draft tersebut. Bak Robin Hood, mereka memperjuangkan nasib negara-negara berkembang yang napasnya di batu-bara.
Setidaknya dalam jangka pendek batu bara jadi jalan utama bagi negara berkembang menuju pemulihan paska pandemi. Negara berkembang menguasai kurang lebih 80% total produksi batu bara dunia. Sehingga tidak bisa dengan mudah melepaskan batu bara dari ekonomi negara berkembang.
"Bagaimana orang bisa berharap bahwa negara berkembang membuat janji untuk menghapus subsidi batu bara dan bahan bakar fosil secara bertahap?" tanya Menteri Lingkungan India, Bhupender Yadav di KTT COP26
"Negara-negara berkembang masih harus berurusan dengan agenda pengentasan kemiskinan mereka."
Sementara negara berkembang bertarung melawan kemiskinan, mereka dibebankan dengan tuduhan menyudutkan negara maju atas kondisi iklim yang parah.
Misalnya, Presiden AS, Joe Biden menyatakan kekecewaannya dengan mengklaim China dan Rusia "pada dasarnya tidak muncul" dalam masalah ini selama KTT G20 di Roma.
"Mengapa Inggris harus membuat perubahan ketika China masih mencemari?"aktivis iklim Greta Thunberg mengatakan kepada BBC pada hari Minggu.
Padahal dosa atas perubahan iklim terutama karena batu bara lebih banyak disebabkan oleh negara maju.
Sejak batu bara digunakan sebagai bahan bakar saat revolusi industri 1750, dunia telah mengeluarkan lebih dari 1,5 triliun ton emisi karbon dioksida (Co2), berdasarkan ourworldindata. Tahun tersebut diperkirakan jadi awal dari pemanasan global.
Sejak saat itu hingga 2017, AS dan Eropa adalah negara yang menghasilkan emisi terbesar dengan dosa ditanggung 54% dari total emisi di dunia.
![]() |
AS bertanggung jawab atas 457 juta ton emisi Co2, atau setara 29% dari total dunia. Angka ini bahkan dua kali lipat dari China dan India yang masing-masing membuang 200 juta ton emisi dan 48 juta ton emisi.
Ini klise, ketika negara memiliki power lebih memilih cuci tangan atas kesalahannya dengan menuduh negara yang berada di bawah levelnya.