Bahaya! AS Terancam Resesi Lagi, Bisa Menjalar ke Mana-mana
Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) kini terancam resesi lagi. Hal ini akibat utang yang menggunung dan kemungkinan ketidakmampuan membayarnya karena plafon batas pinjaman pemerintah federal di senat AS.
Hal ini terungkap dalam surat yang ditulis ke Ketua DPR AS Nancy Pelosi, yang dikuasai partai pendukung Joe Biden, Demokrat. Ia mengatakan negara tersebut bakal kesulitan membayar utangnya setelah 15 Desember 2021.
Dalam suratnya, Yellen mengatakan sumber daya yang tersedia tidak mencukupi untuk membiayai operasi pemerintah AS di luar tanggal tersebut. Ia mendesak kongres menaikkan atau menangguhkan aturan yang membatasi utang pemerintah sesegera mungkin.
Pengesahan rencana infrastruktur senilai US$1 triliun (setara Rp 14.230 triliun, asumsi Rp 14.200/US$) Biden awal pekan ini menjadi salah satu penyebab. Kemarin Biden menandatangani UU Investasi Infrastruktur dan Pekerjaan, yang mengalokasikan US$ 118 miliar untuk Dana Perwalian Jalan Raya.
"Dana ini harus ditransfer ke Dana Perwalian Jalan Raya dalam waktu satu bulan setelah berlakunya undang-undang, dan transfer akan selesai pada 15 Desember," tulisnya ke Ktua DPR Demokrat Nancy Pelosi, dikutip dari CNBCInternational.
"Ada skenario di mana Departemen Keuangan akan dibiarkan dengan sumber daya yang tersisa tidak mencukupi untuk terus membiayai operasi pemerintah AS di luar tanggal ini."
"Untuk memastikan kepercayaan penuh dan kredit dari Amerika Serikat, sangat penting bahwa Kongres menaikkan atau menangguhkan batas utang sesegera mungkin," tambahnya.
Yellen menekankan, jika anggota parlemen gagal melakukannya sebelum tanggal yang disebut, pemerintah AS akan default untuk pertama kalinya. Tentu default ini akan menyebabkan resesi dan membahayakan peran dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia.
Sebenarnya default, belum pernah terjadi sepanjang sejarah AS, tidak ada yang benar-benar tahu persis konsekuensi yang akan timbul. Tetapi kemungkinan pasar di seluruh dunia akan jatuh dan suku bunga global akan naik.
Ini karena jika pemerintah AS tidak dapat membayar kembali utangnya kepada pemegang obligasi, nilai obligasi akan menurun. Yield- pengembalian yang dibayarkan pemerintah kepada investor - akan meningkat karena obligasi tersebut dianggap sebagai investasi yang kurang aman.
Hal tersebut akan mendorong kenaikan suku bunga di seluruh dunia, yang sering terikat dengan surat utang AS (bills, notes dan bonds). Lebih jauh lagi, dampak kepada kreditur besar bisa lebih mengerikan.
Diketahui Jepang memiliki sekitar US$ 1,31 triliun surat utang AS hingga awal tahun ini, setara dengan seperempat dari output ekonomi tahunannya. China menjadi pemilik terbanyak kedua senilai US$ 1,06 triliun.
Utang AS juga diperoleh dari dana jaminan sosial (social security) dan dana pensiun. Ini berarti warga AS, melalui uang pensiun mereka, memiliki sebagian besar utang nasional.
Hal ini menjadikan ancaman terbesar terhadap risiko gagal bayar akan dirasakan di dalam negeri AS dulu. Sebelum akhirnya menjalar ke luar negeri.
(sef/sef)