Duh! China Dihantam Krisis Properti Hingga Pangan

News - Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
13 November 2021 12:15
Infografis/ Ini 2 Raksasa ‘Penerus’ Gagal Bayar Evergrande / Aristya Rahadian Foto: Infografis/ Ini 2 Raksasa ‘Penerus’ Gagal Bayar Evergrande / Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - China menghadapi banyak masalah. Krisis demi krisis terus melanda negeri yang dipimpin presiden Xi Jinping.

Negeri dengan ekonomi terbesar di Asia ini mengalami masalah properti hingga bahan pangan. Bahkan pemerinta meminta warga negara 'menimbun' bahan bahan pokok yang pada akhirnya menyebabkan panic buying.

1. Krisis Properti

Berawal di akhir September lalu, ditandai dengan kejatuhan raksasa properti China, Evergrande Group.

Perusahaan itu terancam gagal membayar utang US$ 300 miliar (sekitar Rp 4.000 triliun). Analis menyebut hal ini terjadi lantaran perusahaan properti kedua terbesar China itu terlalu banyak meminjam uang sementara penjualan sektor properti sendiri sedang bermasalah.

Tak hanya Evergrande, perusahaan properti lainnya seperti Fantasia Holdings danSinic Holdings juga dilanda bencana keuangan yang sama.Fantasia Holdings dikabarkan gagal membayar kewajibannya senilai US$ 205,7 juta atau (Rp 2,9 triliun) sementara SinicHoldings disebut-sebut tak mampu menutupi beberapa kewajibannya, utamanya bunga pinjaman.

Terbaru, masalah industri properti di China juga melanda Kaisa Group. Dilaporkan akhir pekan lalu, perusahaan berisiko untuk gagal bayar. Bahkan perdagangan di bursa Hong Kong ditangguhkan termasuk anak usaha pengembang berbasis Shenzhen itu.

Rentetan masalah properti di China ini membuat bank sentral AS, Federal Reserve, memberi peringatan. Tekanan di sektor real estate China, termasuk Evergrande yang terlilit utang, berpotensi berdampak ke AS. Apalagi jika ini menyebar ke sistem keuangan China.

Dalam laporan stabilitas keuangan terbaru, The Fed mengatakan ada kekhawatiran tentang tingkat utang yang tinggi dan peningkatan nilai properti yang menyebabkan regulator Beijing mengambil tindakan. Tekanan dapat menyebabkan koreksi tiba-tiba harga real estate dan berdampak ke sistem keuangan China.

"Mengingat ukuran ekonomi dan sistem keuangan China serta hubungan perdagangannya yang luas dengan negara-negara lain di dunia, tekanan keuangan di China dapat membebani pasar keuangan global. Melalui penurunan sentimen risiko, menimbulkan risiko terhadap pertumbuhan ekonomi global, Amerika Serikat," kata laporan itu, dikutip AFP, Selasa (9/11/2021).

2. Krisis Energi

Belum berakhirnya krisis properti, China kemudian dilanda krisis energi. Krisis ini ditandai berkurangnya pasokan listrik yang krusial untuk industri dan rumah tangga.

Oktober lalu, krisis ini telah membuat 20 provinsi dan wilayah yang mengalami pemadaman listrik dalam beberapa bulan terakhir. Pemadaman ini terjadi hingga beberapa kali dalam sehari.

"Pemadaman listrik delapan kali sehari, empat hari berturut-turut... Saya tidak bisa berkata-kata," tulis seorang warga dari Liaoning yang frustasi, dilansir dari AFP, bulan lalu.

Ini sendiri tidak lepas dari ambisi Presiden Xi Jinping Dalam mengurangi emisi karbon pada 2030. Ia berencana untuk mulai menghentikan operasional pembangkit batu bara dan menggantinya dengan energi terbarukan.

Namun untuk mencapai target itu, dibutuhkan pembangunan 100 giga watt pembangkit tenaga surya dan 50 giga watt tenaga angin setiap tahun untuk menyeimbangkan kenaikan konsumsi sebesar 5%. Hal ini jauh dari pertumbuhan energi terbarukan tahunan China yang baru mencapai setengah dari itu.

Meski begitu, krisis ini cukup mampu ditangani China. Dalam laporan yang dibuat oleh Commonwealth Bank of Australia pada awal November, jumlah provinsi China yang mengalami kekurangan listrik turun menjadi hanya dua pada pertengahan Oktober.

Hal ini berkat kebijakan pemerintah Negeri Tirai Bambu yang berhasil menaikan produksi batu bara nasional. Administrasi Negara untuk Keselamatan Tambang Batu Bara meningkatkan produksinya sekitar 600 ton per hari, dengan total produksi 55 juta ton pada kuartal keempat.

Meskipun demikian, musim dingin yang datang diyakini akan menimbulkan masalah baru.

Lonjakan Covid dan Krisis Pangan
BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :
1 2 3

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading