Internasional

Kronologi China Minta Warga Timbun Pangan hingga Panic Buying

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
05 November 2021 07:40
People look at products in the flour section of a supermarket following outbreak of the coronavirus disease (COVID-19) in Beijing, China, November 3, 2021. REUTERS/Thomas Peter
Foto: Warga membeli bahan kebutuhan pokok usai pemerintah meminta masyarakat menyetok kebutuhan sehari-hari untuk keadaan darurat di Supermarket Beijing, China, 3 November 2021. (REUTERS/Thomas Peter)

Jakarta, CNBC Indonesia - China dilaporkan diserang panic buying. Sejumlah rak-rak makanan pokok di beberapa kota besar ludes diborong warga.

Hal ini dilakukan warga pasca munculnya pengumuman Kementerian Perdagangan yang mendesak warga 'menimbun' bahan-bahan kebutuhan pokok. Supermarket dan pasar di sejumlah kota besar, termasuk Beijing, diserbu oleh masyarakat.

Kebanyakan warga langsung bergegas ke supermarket untuk mendapatkan persediaan minyak goreng dan beras tambahan. Mereka juga mulai menimbun sayuran seperti kubis hingga tepung sejak Rabu (3/11/2021).

Antrian panjang terbentuk di kios kubis pada beberapa supermarket. Terlibat banyak orang membeli persediaan sayuran yang secara tradisional disimpan di rumah dan dikonsumsi selama musim dingin mendatang.

Tetapi tidak sedikit juga warga mengatakan tidak perlu membeli makanan lebih dari biasanya. Ada juga yang mengatakan mereka tidak mengharapkan kekurangan karena tinggal di ibu kota.

Beberapa kota, termasuk Tianjin di utara dan Wuhan di selatan, juga telah mengeluarkan semua sayuran musim dingin dari stok untuk dijual dengan harga lebih rendah di supermarket. Beberapa warga mengeluh secara online tentang rak supermarket yang kosong karena adanya panic buying ini.

Sebelumnya, situs Kementerian Perdagangan meminta agar keluarga-keluarga China mulai menyiapkan persediaan makanan yang diperlukan dalam kondisi darurat.

"Kami meminta keluarga untuk menyimpan sejumlah kebutuhan sehari-hari yang diperlukan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari dan keadaan darurat," ujar situs resmi itu.

Kementerian Perdagangan berdalih tindakan tersebut harus dilakukan karena berbagai masalah menimpa China. Cuaca ekstrem, kekurangan energi, dan pembatasan Covid-19 diperkirakan akan mengganggu pasokan makanan ke depan, terutama untuk musim dingin.

Pemerintah Daerah setempat wajib memastikan warga memiliki persediaan makanan. Kebutuhan juga termasuk sayuran, minyak dan unggas untuk kebutuhan darurat. Bukan hanya untuk musim dingin ini, tapi hingga musim semi.

Kementerian perdagangan mengatakan pemerintah setempat harus membeli sayuran yang dapat disimpan dengan baik sebelumnya dan juga memperkuat jaringan pengiriman darurat. Informasi tentang harga dan penawaran dan permintaan komoditas harus dirilis pada waktu yang tepat untuk menstabilkan ekspektasi masyarakat, tambahnya.

Cuaca ekstrem melanda China, bahkan di beberapa daerah musim dingin datang lebih awal. Beijing mulai beku 20 hari lebih cepat dari biasanya awal November. Pada pertengahan Oktober daerah Henan, Anhui dan Jiangsu turun 10 derajat celcius hanya dalam waktu 24 jam.

Kondisi ini akan menyebabkan kebutuhan listrik untuk pemanas lebih tinggi di tengah krisis listrik yang sedang terjadi. Krisis listrik juga membuat harga produk dari pertanian rumah hijau (greenhouse) lebih mahal karena biaya pemanas dan listrik yang naik.

Selain itu, banjir besar di awal Oktober menghancurkan tanaman di Shandong, wilayah penghasil sayuran terbesar di China, membuat harga sayuran semakin mahal. Rata-rata harga grosir sayuran di ibu kota telah melonjak 39,8% sejak bulan Oktober, sementara beberapa sayuran berdaun naik lebih dari 50%, kata pemerintah kota.

Kondisi China juga semakin terpuruk setelah adanya lonjakan kasus Covid-19 yang memaksa pemerintah melakukan pengetatan mobilitas masyarakat hingga lockdown per daerah. China memiliki total 97.527 kasus infeksi dan 4.636 kematian, menurut data Worldometers per Jumat (5/11/2021).


(tfa/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Krisis? Warga Panic Buying, Rak Supermarket Kosong

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular