Ini yang Bikin Pengusaha Batu Bara Yakin China Masih Butuh RI

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
Kamis, 04/11/2021 18:10 WIB
Foto: Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Demi meningkatkan efisiensi energi dan juga menurunkan emisi gas rumah kaca, China berencana mengurangi konsumsi batu bara untuk pembangkit listrik menjadi 300 gram per kilo Watt hour (kWh) di 2025.

China adalah pasar utama ekspor batu bara RI. Berdasarkan data Handbook of Energy and Statistics of Indonesia 2020, pada 2020 ekspor batu bara RI ke China mencapai 127,79 juta ton atau sekitar 31,5% dari total ekspor batu bara RI.

Meski China berencana mengurangi konsumsi batu bara untuk pembangkit listrik, akan tetapi para pengusaha batu bara RI masih percaya diri jika China masih butuh pasokan batu bara dari Indonesia. Alasannya?


Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan, kualitas batu bara RI termasuk baik dan yang sangat dibutuhkan mereka, serta harga batu bara RI masih kompetitif dibandingkan dengan harga batu bara lokal.

"Kualitas batu bara kita sangat dibutuhkan mereka dan dari sisi harga sangat kompetitif dibandingkan dengan batu bara lokal. Secara harga batu bara kita kompetitif dari batu bara lokal, ini soal keekonomian, menurut mereka kurangi lokal, bisa beli impor," paparnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (04/11/2021).

APBI sebelumnya memproyeksikan ekspor batu bara ke China tahun ini bisa sebesar 160 juta ton. Target ekspor ke China ini berdasarkan Memorandum of Understanding (MoU) antara APBI dengan China Coal Transportation and Distribution Association (CCTDA) pada November 2020.

Lalu, bagaimana nasib target ekspor ini?

Hendra menyebut ini adalah MoU dan bukan business-to-business (B to B), di mana MoU adalah sebuah komitmen. Sebagai penjual batu bara, menurutnya ini akan sangat tergantung dari kebijakan negara setempat.

"India, Tiongkok dalam hal ini di beberapa berita mereka akan turunkan, tapi kan juga melihatnya kapasitas baru tetap terpasang," tuturnya.

Namun demikian, dia juga tak menampik jika ke depannya akan ada pengurangan konsumsi batu bara oleh China. Tapi menurutnya pengurangan ini tidak akan signifikan karena akan ada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara baru yang akan beroperasi.

Oleh karena itu, pihaknya masih meyakini dalam waktu dekat China masih akan butuh suplai batu bara dari Indonesia.

"Memang sih akan berkurang tapi tidak besar, dampaknya ke kita raba-raba saja, dalam waktu dekat sih pasti masih butuh batu bara kita," lanjutnya.

Sejauh ini, imbuhnya, belum ada pernyataan resmi dari China untuk mengurangi impor. Jika pemerintah China membuat pernyataan untuk menutup impor, maka barulah ini akan berdampak secara signifikan.

"Kecuali pemerintah China bilang tutup impor, akan berkurang, belum ada pernyataan jelas China kurangi impor, jadi jika mereka kurangi batu bara dalam jangka pendek masih butuhkan kualita batu bara kita," tuturnya.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PLTU Bertambah, Energi Terbarukan Tetap Jadi Prioritas