Posisi RI di Tengah Ancaman Krisis Energi Dunia, Aman?

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
01 November 2021 13:32
kilang minyak
Foto: Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa negara di dunia tengah mengalami krisis energi, tidak hanya kekurangan pasokan listrik, kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan gas juga melanda. Lalu, bagaimana nasib RI yang masih menjadi net importir minyak?

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto pun angkat bicara.

Dia menjelaskan, Indonesia masih mengimpor minyak mentah atau crude sekitar 200.000 barel per hari (bph). Sementara untuk BBM, mengimpor sekitar 300.000-400.000 bph.

"Tapi gas kita memiliki kelebihan, karena kita juga ekspor LNG (Liquefied Natural Gas), sehingga kalau balance kita bisa penuhi energi. Karena produksi minyak dan gas kita 1,8-1,9 juta barrel oil equivalent (boe), minyak butuh 1,6 (juta boe), tapi ada gas," jelasnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Senin, (01/11/2021).

Melihat besarnya pasokan gas, Dwi mengharapkan akan ada transisi dari minyak ke gas. Ini bisa menjadi langkah dalam mengantisipasi terjadinya kekurangan energi di Indonesia.

"Tentu saja kita harapkan akan ada transisi minyak ke gas," harapnya.

Selain transisi energi, imbuhnya, upaya lain yang bisa dilakukan untuk mencegah krisis energi adalah dengan menaikkan cadangan. Jika terjadi sesuatu, maka Indonesia sudah mengantisipasinya dengan memiliki pasokan energi yang aman.

"Kita harus menaikkan cadangan supaya kalau ada apa-apa lebih save. Jadi cadangan yang tersimpan di kita baik BBM nya, gasnya bisa lebih mengamankan dan ini dilakukan semua negara dalam menghadapi situasi ini," tuturnya.

Krisis energi sudah melanda banyak negara mulai dari China, India, Inggris, dan bahkan negara tetangga RI yakni Singapura. Sebelumnya, Pengamat Migas Widhyawan Prawiraatmadja mengatakan Indonesia pun dinilai perlu waspada atas kejadian krisis energi ini.

Pasalnya, Indonesia merupakan negara pengimpor energi, sehingga kondisi di dunia internasional saat ini bisa berdampak ke Indonesia juga.

Dia menjelaskan bahwa krisis energi yang terjadi di beberapa negara dipicu oleh melonjaknya harga energi primer, seperti minyak, gas, dan batu bara, terutama karena meningkatnya permintaan energi saat pemulihan ekonomi terjadi.

"Pertama, 'pent-up' demand itu benar adanya, yang sebenarnya positif karena ini artinya ekonomi beranjak pulih kembali ke trayektori sebelum Covid-19," ungkap Gubernur Indonesia untuk OPEC 2015-2017 ini kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (07/10/2021).

Dia menjelaskan, kenaikan kebutuhan energi menjadi salah satu indikasi pemulihan perekonomian. Kebutuhan energi yang meningkat akibat pemulihan ekonomi diperbesar dengan faktor lain seperti cuaca.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang Dunia III Meletus? Awas RI Terancam Krisis Energi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular