Penerbangan Mulai Penuh RI Terancam Kurang Pesawat, Kok Bisa?

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
Selasa, 19/10/2021 14:20 WIB
Foto: Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Seiring pelonggaran sosial, kini makin banyak masyarakat yang melakukan perjalanan udara untuk wisata hingga bisnis. Frekuensi penerbangan di bandara besar Indonesia sudah mulai menanjak. Bahkan masyarakat kesulitan mendapat jadwal penerbangan.

VP Corporate Communication PT Angkasa Pura II (Persero) Yado Yarismano, penumpang di Bandara Soetta sudah naik dari 10 ribu - 13 ribu per hari pada masa PPKM, naik menjadi 50 ribu per hari. Capaian itu hampir sama dengan angka sebelum masa PPKM.

Namun saat masa puncak pandemi lalu banyak maskapai mengurangi jumlah operasi pesawatnya. Banyak pesawat yang dikembalikan kepada lessor untuk mengurangi biaya operasional karena menganggur. Seperti yang dilakukan Garuda Indonesia mengembalikan sembilan pesawat ke lessor Aercap Ireland Limited. Begitu juga yang dilakukan Lion Air yang mengembalikan enam pesawat ke pihak leasing pesawat.


Kini, pandemi mulai melandai. Masyarakat saat ini sudah banyak yang melakukan mobilitas hingga melakukan perjalanan wisata. Sehingga angka penerbangan juga mulai meningkat. Apakah akan terjadi kekurangan pesawat?

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra, mengatakan angka puncak penumpang belum terasa pada saat-saat ini. Namun kenaikan jumlah penumpang sudah mulai terasa.

Meski belum bisa membeberkan berapa peningkatannya, namun dia menyebut beberapa kali penerbangan yang dilakukan oleh Garuda penuh dengan penumpang.

"Lonjakan memang terjadi, tapi lebih tepatnya kenaikan. Kita memang perlahan tingkatkan frekuensi penerbangan dan memang sesekali penerbangan penuh," katanya kepada CNBC Indonesia, Selasa (19/10/2021).

Namun dia menegaskan jumlah armada yang dimiliki oleh Garuda masih mencukupi operasional saat ini. Paling tidak ada 40 armada yang dioperasikan dari total armada 144 pesawat.

"Sekitar 40 tapi terus naik, jadi angkanya berubah terus. puncak pertumbuhan penumpang belum terlihat," katanya.

Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) September lalu, Wakil Direktur Utama Angkasa Pura II Edwin Hidayat sudah memperingatkan Indonesia akan mengalami kekurangan pesawat. Hal ini karena banyak maskapai mengurangi jumlah armada. Bahkan memprediksi ada 25 juta penumpang yang tidak akan terlayani di 2022.

Pengurangan jumlah pesawat secara signifikan ini akan berdampak pada recovery. Sesuai proyeksi The International Air Transport Association (IATA), diperkirakan penerbangan domestik Indonesia akan recovery pertumbuhan 2022 dan seterusnya akan mengalami kekurangan jumlah pesawat.

"Memang orang bilang nice problem karena demand lebih banyak dari suplai, tapi kalau nggak segera investasi untuk mencukupi ini maka akan terjadi ekonomi crash. Kalau estimasi perhitungan kami internal tim memang tim kami hitung di 2022 akan ada gap 19 juta penumpang yang nggak terlayani untuk domestik di 2022 dan akan meningkat 25 juta di 2023 sampe 2024," jelas Edwin.

"Artinya recovery penerbangan sektor aviasi dan pariwisata akan terhambat jika ga ada investasi penambahan pesawat mulai tahun depan, karena banyak pesawat dikembalikan ke lessor," lanjutnya.


(hoi/hoi)
Saksikan video di bawah ini:

VIdeo: Danantara Kucurkan Rp 6,65 Triliun ke Garuda Indonesia