Warga Ramai Tinggalkan Premium Atau Stok Sengaja Dikurangi?

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
Selasa, 19/10/2021 11:10 WIB
Foto: Infografis/Peminat BBM Premium/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mencatat penjualan bensin dengan nilai oktan (RON) 88 atau Premium sampai September 2021 baru sebesar 3,3 juta kilo liter (kl) atau baru sekitar 33% dari kuota tahun ini 10 juta kl.

Sejak Januari - September 2021, tren penjualan Premium pun mengalami penurunan setiap bulannya.

Lalu, apa yang menyebabkan penjualan Premium turun, apakah murni kesadaran masyarakat atau stok yang dikurangi?


Mengenai penurunan penjualan Premium ini, BPH Migas pun angkat bicara. Direktur BBM BPH Migas Patuan Alfon Simanjuntak mengatakan, berkurangnya penjualan Premium dari bulan ke bulan karena memang ada program pengurangan, sehingga masyarakat diharapkan akan bergeser ke Bahan Bakar Minyak (BBM) yang lebih ramah lingkungan dengan RON di atas 88.

Dia menegaskan, pemerintah memang bertujuan menyediakan BBM yang lebih ramah lingkungan bagi masyarakat.

"Karena memang programnya pengurangan, menuju BBM green," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Senin (18/10/2021).

Berikut tren penjualan bensin Premium Januari-September 2021:
- Januari sebesar 483.451,40 kl,
- Februari 414.087,94 kl,
- Maret 404.385 kl,
- April 364.490 kl,
- Mei 364.875,02 kl
- Juni 344.586,31 kl,
- Juli 341.472 kl,
- Agustus 340.781 kl,
- September 241.986 kl.

Melihat tren yang terus menurun ini, lantas apakah penjualan di kuartal keempat 2021 ini juga akan menurun? Alfon membenarkan jika penjualan Premium akan terus menurun tiap bulannya.

"Benar," ungkapnya singkat saat ditanya apakah tren penurunan ini masih akan terjadi sampai akhir tahun.

Bensin Premium memang sudah lama diwacanakan untuk dihapus, meski sampai saat ini belum kunjung dilakukan. Padahal, negara tetangga lainnya di kawasan Asia Tenggara sudah tidak ada lagi yang menjual bensin dengan RON 88 ini.

Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif juga sempat mengungkapkan bahwa pemerintah menargetkan agar ada peralihan konsumsi bensin ke nilai oktan yang lebih tinggi seperti Pertamax. Bahkan, Arifin mengungkapkan outlet atau SPBU penjualan Premium juga dikurangi pelan-pelan.

"Dalam hal ini kami mohon dukungan bagaimana bisa merespons ini dengan baik, outlet penjualan Premium dikurangi pelan-pelan," ucapnya dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi VII DPR RI, Kamis (26/08/2021).

Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok juga sempat mengatakan, mestinya subsidi tidak lagi diberikan pada bensin Premium atau berbasis komoditas, namun kepada orang yang berhak menerima subsidi.

Kalaupun berbasis komoditas, menurutnya lebih baik subsidi digeser ke BBM dengan nilai oktan lebih tinggi atau Pertalite yang lebih ramah lingkungan.

"Harusnya Public Service Obligation (PSO) subsidi pindah ke Pertalite yang lebih ramah lingkungan," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (27/09/2021).

Dia menjelaskan, saat ini masyarakat sudah mulai beralih dari konsumsi bensin jenis Premium ke Pertalite. Dia menyebut, 80% penjualan BBM saat ini adalah Pertalite.

"Dan saat ini penjualan BBM sudah 80% adalah Pertalite," ungkapnya.

Lebih lanjut Ahok mengatakan, jika pemerintah bisa memberikan subsidi langsung kepada rakyat, maka ke depan dimungkinkan RI hanya akan menjual bensin jenis Pertamax dan Pertamax Turbo. Dengan demikian, tidak terjadi lagi pencemaran lingkungan akibat konsumsi BBM kualitas rendah.

"Jika subsidi bisa langsung ke rakyat, mungkin ke depannya tinggal Pertamax dan Pertamax Turbo agar tidak terjadi pencemaran lingkungan BBM oktan rendah," paparnya.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pertamina Masih Akan Tingkatkan Pasokan BBM 5 Tahun Ke Depan