Bensin Premium Semakin Ditinggalkan, Akankah Dihapus?

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
23 August 2021 19:05
Ilustrasi Pengisian BBM di SPBU Pertamina (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Pengisian BBM di SPBU Pertamina (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mencatat serapan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) untuk bensin dengan nilai oktan (RON) 88 atau Premium sampai Juli 2021 tercatat masih jauh dari target tahun ini.

Berdasarkan data yang dipaparkan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, hari ini, Senin (23/08/2021), realisasi serapan Premium selama Januari-Juli 2021 baru mencapai 2,71 juta kl atau hanya 27,18% dari kuota tahun ini sebesar 10 juta kl.

Anggota Tim Reformasi & Tata Kelola Migas (2014-2015) Fahmy Radhi menilai bahwa serapan Premium yang rendah ini karena beberapa faktor, salah satunya yaitu karena sebagian besar konsumen Premium menyadari bahwa Premium merupakan BBM yang paling tidak ramah lingkungan, sehingga mereka beralih ke BBM yang lebih ramah lingkungan, seperti Pertalite dan Pertamax.

Selain itu, selisih harga antara Premium dan Pertalite juga tidak begitu besar. Harga Premium kini sekitar Rp 6.450 per liter, sementara harga Pertalite rata-rata sekitar Rp 7.650 per liter.

"Selisih harga antara Premium dan Pertalite tidak begitu besar, sehingga mendorong konsumen migrasi ke Pertalite," ungkap Fahmy kepada CNBC Indonesia, Senin (23/08/2021).

Selain itu, lanjutnya, tersebarnya isu bahwa bensin Premium bakal dihapuskan juga bisa menjadi salah satu pemicu konsumen mulai beralih ke Pertalite dan Pertamax.

"Seringkali terjadi kelangkaan Premium di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), sehingga menyebabkan konsumen tidak lagi menggunakan Premium," imbuhnya.

Begitu juga dampak yang kurang baik ke mesin kendaraan, menurutnya menjadi salah satu pemicu konsumen meninggalkan Premium.

"Konsumen menyadari bahwa penggunaan Premium tidak baik bagi mesin kendaraan bermotor," ujarnya.

Fahmy menegaskan jika penurunan konsumsi Premium ini mestinya dimanfaatkan pemerintah untuk menghapus bensin Premium.

"Iya, momentum penurunan penggunaan Premium dapat dimanfaatkan untuk menghapus Premium," tegasnya.

Seperti diketahui, sejak tahun lalu beredar kabar bahwa bensin Premium akan dihapus pemerintah. Namun sayangnya, hingga saat ini wacana ini tak kunjung dilakukan dengan pertimbangan menjaga daya beli masyarakat.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Konsumsi Premium Rendah, Solar Subsidi Sudah Capai 46% Kuota

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular