
Konsumsi Premium Rendah, Solar Subsidi Sudah Capai 46% Kuota

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mencatat serapan solar subsidi sampai dengan semester I 2021 sudah mencapai 7,26 juta kilo liter (kl), atau mencapai 45,99% dari kuota tahun ini sebesar 15,8 juta kl.
Penyerapan solar bersubsidi ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penyerapan BBMÂ jenis bensin dengan nilai oktan (RON) 88 atau Premium, yakni baru sebesar 2,34 juta kilo liter (kl) hingga semester I 2021. Penyerapan Premium hingga Juni tersebut baru mencapai 23,50% dari kuota tahun ini sebesar 10 juta kl.
Adapun serapan solar subsidi tersebut berasal dari penjualan solar bersubsidi PT Pertamina (Persero) dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) yang mendapatkan kuota penjualan BBM bersubsidi tahun ini.
Penjualan solar subsidi oleh Pertamina selama Januari-Juni 2021 tercatat sebesar 7,18 juta kl, atau sekitar 46,11% dari kuota penyaluran solar subsidi tahun ini sebesar 15,58 juta kl.
Sementara penjualan solar subsidi oleh AKR hingga semester I ini mencapai 82.394 kl, atau baru sekitar 37,46% dari kuota tahun ini 219.960 kl.
Secara rinci, total serapan solar subsidi per bulan yaitu 1,14 juta kl pada Januari 2021, lalu turun pada Februari menjadi sebesar 1,08 juta kl, dan Maret melonjak menjadi 1,29 juta kl.
Lalu, pada April turun tipis menjadi 1,28 juta kl, Mei kembali turun menjadi 1,13 juta kl, dan kembali naik di bulan Juni menjadi 1,32 juta kl.
Adapun untuk realisasi penyerapan kerosene (minyak tanah) bersubsidi hingga semester I 2021 ini mencapai 242.610 kl, atau sekitar 48,52% dari kuota tahun ini 500 ribu kl. Untuk penjualan kerosene bersubsidi ini hanya ditugaskan kepada PT Pertamina (Persero).
Seperti diketahui, pemerintah memberikan subsidi untuk solar per liternya sebesar Rp 500.
Besaran subsidi ini diusulkan akan dilanjutkan untuk tahun depan sebagaimana disampaikan oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif.
"Mengenai subsidi minyak solar di RAPBN 2022, diusulkan subsidi minyak solar tetap yakni Rp 500 per liter, sama dengan 2021," papar Arifin kepada Komisi VII DPR, Rabu (02/06/2021).
Sementara dari sisi volume, volume minyak solar di dalam RAPBN 2022 diusulkan mencapai 14,34-15,10 juta kilo liter (kl), turun dari target solar bersubsidi di APBN 2021 yang ditetapkan sebesar 15,80 juta kl.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bensin Premium Semakin Ditinggalkan, Akankah Dihapus?
