Internasional

Blak-blakan Putin Dituding 'Biang Kerok' Krisis Energi

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
15 October 2021 15:25
Russian President Vladimir Putin attends a cabinet meeting at the Novo-Ogaryovo residence outside Moscow, Russia, Tuesday, Aug. 11, 2020. Putin says that a coronavirus vaccine developed in the country has been registered for use and one of his daughters has already been inoculated. Speaking at a government meeting Tuesday, Aug. 11, 2020, Putin said that the vaccine has proven efficient during tests, offering a lasting immunity from the coronavirus. (Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)
Foto: Vladimir Putin AP/Alexei Nikolsky

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Rusia buka suara mengenai tudingan parlemen Eropa dan Amerika Serikat (AS) sebagai pihak yang menyebabkan krisis energi di Benua Biru. Negeri itu menyebut bahwa tuduhan ini tidak tepat.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Rusia tidak menjadikan energi sebagai senjata untuk melawan Eropa. Selain itu, ia menekankan bahwa Rusia siap membantu kawasan itu saat krisis energinya berlanjut.

"Kami tidak menggunakan senjata apa pun," kata Putin kepada CNBC International di Moskow, dikutip Jumat (15/10/2021).

"Bahkan selama bagian tersulit dari Perang Dingin, Rusia secara teratur telah memenuhi kewajiban kontraktualnya dan memasok gas ke Eropa."

Ia membalas tuduhan-tuduhan itu sebagai omong kosong bermotivasi politik. Ia berdalih bahwa Rusia telah meningkatkan pasokan gasnya ke Eropa sebesar 15% sepanjang tahun ini.

Sebelumnya banyak pihak di Benua Biru mulai menyalahkan Rusia. Pasalnya suplai dari Negeri Beruang Merah itu diklaim menurun tajam yang diduga merupakan bagian dari manuver politik. Hingga saat ini, Rusia merupakan supplier gas alam terbesar ke Eropa dengan persentase 43,4%.

Bulan lalu40 anggota Parlemen Eropa telah menulis surat yang menuduh perusahaan Rusia, Gazprom, memanipulasi harga gas. Dalam surat tuduhan itu, para anggota parlemen itu menyebut bahwa berkurangnya aliran gas merupakan upaya Moskow untuk menekan Eropa agar mau mengaktifkan pipa gas Nord Stream 2.

Pipa gas Nord Stream 2 yang menjalar dari Rusia ke Jerman melalui Laut Baltik itu merupakan salah satu proyek antara kedua negara yang telah diselesaikan. Namun Jerman menolak aktivasinya akibat adanya sanksi dari mitra strategis Uni Eropa (UE), AS, terhadap Rusia. Diduga Kremlin mengurangi aliran gas ke Eropa yang melalui Ukraina agar UE dan Jerman mau mengaktivasi kembali pipa itu.

AS sendiri juga ikut bereaksi akan krisis ini. Menteri Energi AS Jennifer Granholm mengatakan bahwa Eropa saat ini terancam dengan adanya isu kenaikan harga gas yang dimainkan oleh Rusia.

"AS telah menjelaskan bahwa kami dan mitra kami harus siap untuk terus berdiri ketika ada pemain yang mungkin memanipulasi pasokan untuk menguntungkan diri mereka sendiri," kata Granholm dalam konferensi pers online di Warsawa, Polandia.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kok Bisa Mr Putin? Lusinan Orang Dekat Terpapar Covid-19

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular