
Fakta-fakta Memanasnya China & Taiwan, Ini yang Terjadi!

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan China dan Taiwan semakin panas. Tekanan Beijing makin keras kepada Formosa yang dianggap sebagai bagian dari provinsinya itu.
Presiden China Xi Jinping bahkan sempat bersuara lantang tentang 'penyatuan Taiwan'. Ia menegaskan hal itu dipastikan akan dapat terwujud.
Komentar Xi diutarakan ketika ketegangan antara Beijing dan Taipei meningkat seminggu terakhir. Sebelumnya China mengirimkan 150 jet tempur menyerbu zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ), terbesar sepanjang sejarah konflik keduanya.
Sementara itu, seolah membalas Xi, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menyampaikan akan terus memperkuat pertahanan negara itu. Ia memastikan tidak ada yang bisa memaksa Taiwan rujuk dengan China.
Dia menyebut China tidak menawarkan kebebasan dan juga demokrasi. Lebih lanjut dia menegaskan akan memperkuat pertahanan nasional.
Tsai menyampaikan ulang tawarannya untuk berbicara dengan China atas dasar kesetaraan, meskipun tidak ada tanggapan segera dari Negeri Tirai Bambu. China menyebut Taiwan sebagai separatis yang menolak untuk mengakui Taiwan adalah bagian dari China dan tidak mengakui pemerintah Taiwan.
Tsai mengatakan Taiwan adalah negara merdeka yang disebut Republik China, nama resminya. Pihaknya tidak akan berkompromi dalam mempertahankan kedaulatan dan kebebasannya.
Lalu bagaimana asal-usul terjadinya ketegangan antara China dan Taiwan terjadi?
China Menekan Taiwan
Beijing memandang Taiwan sebagai provinsi China yang memisahkan diri dari China daratan di tengah perang saudara pada tahun 1949. China pun semakin memobilisasi tekanan militer, diplomatik dan ekonomi untuk melemahkan pemerintahan Tsai yang condong ke kemerdekaan sambil mengancam akan membawa pulau itu di bawah kendali Partai Komunis China.
Rekor jumlah penerbangan militer China di dekat Taiwan dalam beberapa waktu terakhir menunjukkan bahwa Beijing siap untuk meningkatkan tekanan pada kepemimpinan Taiwan. Song Yu-Ning, editor senior di majalah Defense International, mengatakan kegiatan militer China tersebut dimaksudkan untuk menekan Taipei.
"Kami tidak tahu alasan di baliknya, tetapi intensitas latihan militer dapat meningkatkan kemungkinan insiden yang akan memulai perang," katanya, memperingatkan bahwa Taiwan harus berhati-hati dalam menanggapi provokasi Beijing, sebagaimana dikutip dari Deutsche Welle (DW).
Namun, beberapa ahli mengatakan risiko bahwa ketegangan terbaru bisa lepas kendali tetap rendah.
"Kita seharusnya tidak hanya fokus pada jumlah pesawat, tetapi jenis jet tempur," kata Lin Ying-yu, asisten profesor urusan Asia-Pasifik di Universitas Sun Yat-sen.
"Misalnya, jika Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) mengirim KJ-500, pesawat peringatan dini dan kontrol udara generasi ketiga, ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan, itu bisa mengkhawatirkan, tetapi masih terlalu sewenang-wenang untuk mengatakan dari tanda-tanda ini apakah China akan menyerang Taiwan."
Namun, Wen-Ti Sung, dosen Studi Taiwan di Australian National University, mengatakan saat ini China tidak memiliki kemampuan militer maupun kemauan politik untuk meluncurkan serangan militer skala penuh terhadap Taiwan. Menurutnya, Taiwan adalah masalah penting, tetapi tidak mendesak bagi China.
Sung menambahkan bahwa kepemimpinan China saat ini lebih fokus untuk menangani masalah-masalah domestik. Seperti pleno keenam Komite Sentral Partai Komunis China ke-19 yang akan datang dan kongres partai ke-20, yang akan menyegel kesepakatan Presiden Xi Jinping.
"Juga, tujuan ekonomi 'kemakmuran bersama' adalah prioritas," kata Sung.
Tekanan dari China "Sudah Jadi Rutinitas"
Meskipun ada kekhawatiran eskalasi militer yang tidak disengaja antara kedua belah pihak, orang-orang Taiwan tampaknya tidak terlalu khawatir dengan situasi tersebut.
"Provokasi China sangat jelas. Sepertinya tetangga Anda menembak ke arah halaman belakang Anda, saya tidak takut tetapi merasa marah," kata Joyce Huang (36), seorang warga Taiwan.
Dia menambahkan semakin banyak jet tempur yang dikirim China, semakin banyak permusuhan yang dirasakan orang Taiwan. Orang-orang di Taiwan telah terbiasa dengan China yang menggelar latihan militer di sekitar pulau itu sejak Tsai Ing-wen menjabat pada 2016.
"Itu sudah menjadi rutinitas. Mereka biasanya membawakan 'pertunjukan' pada hari-hari besar. Saya tidak takut karena itu terlalu sering terjadi," kata Huang.
Sung, pakar hubungan China-Taiwan, mengatakan bahwa rakyat Taiwan sudah terbiasa dengan provokasi militer China dengan intensitas rendah seperti ini.
"Mereka telah hidup dalam tekanan militer dan diplomatik China yang hampir konstan selama lebih dari seperempat abad sejak Taiwan mengadakan pemilihan presiden langsung pertamanya pada tahun 1996," katanya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Taiwan Laporkan 'Penyerbuan' Besar-besaran Jet Tempur China