
Ngeri Krisis Energi Hantam Dunia, dari Eropa, China, ke India

Krisis energi yang terjadi di Inggris adalah efek dari kenaikan dan kelangkaan gas di Eropa. Sampai kini, krisis belum teratasi sepenuhnya.
Hal ini terlihat dari banyaknya keluhan pengusaha Negeri Ratu Elizabeth itu. Terutama ketika biaya energi masih membubung tinggi.
Pengusaha yang tergabung dalam Kelompok Pengguna Intensif Energi Inggris (EIUG) meminta regulator energi Ofgem untuk mengatasi kenaikan harga energi ini. Pihaknya menyebut banyak bisnis yang mulai terancam dengan harga energi yang melambung ini.
"Masalahnya bukan hanya apakah pasokan gas dan listrik akan tersedia tetapi juga salah satunya terkait harga. Industri padat energi bisa saja dikeluarkan dari pasar," kata EIUG dalam sebuah laporan Reuters.
EIUG, yang mewakili perusahaan-perusahaan seperti produsen baja, bahan kimia, pupuk, kertas, kaca dan semen, telah mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan darurat untuk memastikan pasokan energi tidak terputus dan terkirim dengan harga terjangkau.
"Dalam jangka panjang, kami mencari tinjauan mendasar dari kumpulan biaya dekarbonisasi gas dan listrik yang tidak kompetitif yang kami hadapi, yang merusak kemampuan kami untuk bersaing secara internasional," tambah kelompok industri itu.
Rekor harga energi yang tinggi di Inggris telah menyebabkan beberapa perusahaan industri, seperti pembuat baja dan pabrik pupuk, untuk membatasi produksi dan menyebabkan peringatan kekurangan pangan musim dingin ini.
Sementara itu harga listrik pada musim dingin ini diperkirakan akan melebihi harga pada musim dingin tahun lalu karena harga gas telah mencapai serangkaian rekor tertinggi. Tercatat tarif listrik rumahan sudah mencapai 475 pound atau sekitar Rp 9,3 juta.
Kenaikan ini sendiri dipicu oleh serangkaian faktor, termasuk berkurangnya pasokan dari Rusia dan kenaikan biaya polusi. Ini akhirnya diteruskan langsung kepada konsumen yang berimbas pada naiknya harga barang.
Halaman 3>>
(sef/sef)