Internasional
Eropa Masih Ngeri, 'Kiamat' Baru Menghantam Bulan Depan

Jakarta, CNBC Indonesia - Stok bahan bakar solar di Eropa diprediksi akan mendapatkan gangguan pada bulan Februari mendatang. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari ketegangan politik hingga teknis.
Akhir pekan lalu, pemogokan dimulai di tiga kilang di Prancis yang dioperasikan oleh TotalEnergies. Ketiga fasilitas tersebut menangguhkan pengiriman bensin dan solar untuk pasar grosir.
Di seberang Atlantik, tepatnya Amerika Serikat (AS), penyuling sedang bersiap untuk musim pemeliharaan. Menurut Reuters, jumlah kilang yang akan ditutup bulan depan dua kali lebih banyak guna mengkompensasi penundaan pemeliharaan selama pandemiĀ dan menipiskan stok untuk diekspor ke Eropa.
Di saat yang bersamaan, Eropa akan mulai menerapkan ban terhadap impor bahan bakar Rusia mulai 5 Februari sebagai bentuk penentangannya atas perang Kremlin di Ukraina. Padahal, Rusia saat ini merupakan pemasok bahan bakar terbesar Uni Eropa (UE), terutama solar.
"Menjelang embargo, para pedagang melakukan pembelian solar Rusia, dengan aliran ke tangki penyimpanan mencapai yang tertinggi dalam setahun," laporĀ Oil Price dikutip, Jumat (27/1/2023).
Analis pun mulai memprediksi terkait apa yang akan terjadi setelah tanggal 6 Februari. AS diyakini tidak akan dapat lagi turun tangan seperti yang dilakukan Washington waktu membantu pengiriman LNG ke Eropa sebagai pengganti gas pipa Rusia.
Bloomberg melaporkan bahwa saat ini kapal-kapal tanker pengangkut minyak mulai diarahkan ke AS dibandingkan ke Eropa. Laporan tersebut mencatat bahwa pada musim dingin Desember lalu, terjadi penghentian sementara sepertiga kapasitas penyulingan pada Gulf Coast dan penutupan pipa bahan bakar di Pelabuhan New York.
Di sisi lain, kejadian ini justru kontras dengan kondisi di Asia. China dikabarkan telah memiliki kilang baru yang dapat digunakan untuk menampung pasokan minyak dari Rusia, di mana Beijing tidak menerapkan embargo apapun terhadap Moskow.
Penyuling India juga siap membantu ekspor solar. Wood Mackenzie pun baru-baru ini mengeluarkan ramalan untuk produksi bahan bakar solar yang lebih tinggi di seluruh Asia, mencatat India, Jepang, dan Korea Selatan sebagai pendorong di balik peningkatan ini.
Produsen minyak Timur Tengah pun ikut siap memberikan solar kepada Eropa dan Amerika. Kilang sedang diperluas di UEA dan Arab Saudi, dan kedua negara disebutkan akan meningkatkan kapasitas produksi pada waktu yang tepat.
"Taburkan gaya Salt Bae dengan beberapa tetes diesel orang lain, itu bukan lagi bahasa Rusia," kata analis energi dari Kpler, Viktor Katona, kepada Middle East Eye.
Dengan adanya situasi ini, harga solar diprediksi akan mengalami peningkatan pada bulan depan. Pasalnya, beberapa negara Eropa kemungkinan akan memperoleh minyak Rusia melalui kilang di negara lain seperti China, yang secara jarak lebih jauh.
"Karena solar digunakan untuk pengangkutan barang, solar yang lebih mahal akan menyebabkan barang lebih mahal. Embargo, kemudian, akan menambah momentum inflasi yang sudah mengkhawatirkan pemerintah di kedua sisi Atlantik," tulis jurnalis Oil Price, Irina Slav.
[Gambas:Video CNBC]
'Malapetaka' Eropa Nyata! Awas RI BIsa Ketiban Sialnya
(sef/sef)