
Serangan Mengerikan di Afghanistan: Masjid di Bom, 100 Tewas

Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan mengerikan terjadi di Afghanistan. Sebuah bom bunuh diri meledak di masjid saat jamaah melakukan salat Jumat dan menewaskan 100 orang di utara kota Kunduz.
Kelompok ISIS, ISIS-K (Khorasan) mengaku bertanggung jawab pada ledakan tersebut. Menurut saksi setempat, setidaknya 62 mayat sudah dikuburkan.
Masjid yang diserang merupakan milik komunitas Syiah Afghanistan. Serangan ISIS-K dilakukan untuk mengacaukan Afghanistan setelah direbut Taliban.
Taliban sendiri merupakan kelompok islam Sunni. Namun Taliban tak sejalan dengan ISIS, dan merupakan musuh satu sama lain.
ISIS-K mengatakan serangan bom bunuh diri dilakukan seorang Muslim Uyghur. "Ia meledakkan rompi berpeledak di tengah kerumunan jamaah Syiah," kata kelompok itu, dikutip Minggu (10/10/2021).
Sementara itu sejumlah kerabat korban meratapi kejadian di Kunduz. Mereka mengatakan benar-benar terluka.
"Dia ingin menikah, dia juga ingin kuliah," kata Zemarai Mubarak Zada (42) yang meratapi tewasnya sang keponakan yang baru berusia 17 tahun.
Sementara itu video amatir menunjukkan bagaimana puing-puing berserakan setelah kejadian itu. Jendela-jendela di masjid pecah akibat ledakan tersebut.
"Itu adalah insiden yang sangat mengerikan," kata saksi, seorang guru yang tinggal dekat masjid.
"Banyak tetangga kami terbunuh dan terluka. Seorang tetangga berusia 16 tahun. Mereka bahkan tak dapat menemukan setengah tubuhnya."
Taliban sendiri bukan suara soal kejadian ini. Kepala Keamanan Taliban di kota itu menuduh penyerang masjid sengaja mengadu domba Syiah dan Sunni.
"Kami meyakinkan saudara-saudara Syiah kami, bahwa di masa depan, kami akan memberikan keamanan bagi mereka. Bahwa ini tak akan pernah terjadi lagi," tegas Mulawi Dost Muhammad.
Serangan ini dikecam keras Sekjen PBB Antonio Guterres. Ia meminta pelaku diadili.
"Mengutuk serangan mengerikan ini," ujarnya menunjuk kejadian yang terjadi ketiga kalinya di lembaga keagamaan Afghanistan dalam seminggu terakhir itu.
Halaman 2>>
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) dan Taliban disebut mengadakan pertemuan tatap muka pertama dengan Taliban. Ini adalah yang pertama kalinya sejak pasukan AS angkat kaki dari negeri itu 31 Agustus.
Pertemuan berlangsung di Doha, Sabtu (9/10/2021). Delegasi AS menekankan ke Taliban untuk memastikan teroris tidak membuat pangkalan untuk serangan di negeri itu.
AS juga meminta Taliban membuat pemerintahan inklusif dan menghormati hak-hak perempuan dan anak. "Kami tegas bahwa legitimasi apa pun harus diperoleh melalui tindakan Taliban sendiri," kata pejabat luar negeri AS.
Taliban sendiri kini sedang mencari pengakuan internasional. Ini termasuk bantuan untuk menghindari bencana kemanusiaan dan meredakan krisis ekonomi Afghanistan.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bom Meledak di Bandara Kabul Afghanistan, Puluhan Orang Tewas
