Asia Resesi Seks, Ini Deretan Negara Paling Parah

Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
09 October 2021 14:00
South Korea Japan Nuclear Fukushima Water
Foto: Infografis/Ini Dia Negara-negara yang Alami 'Resesi Seks', RI Aman?/Arie Pratama

Korea Selatan

Fenomena resesi seks di Korsel tidak terjadi baru-baru ini, ketika pandemi melanda dunia, tetapi memang sudah sejak lama. Ini terjadi karena banyak faktor.

Di Korsel sudah ada persatuan wanita yang menolak norma patriarkal dan bersumpah untuk tidak menikah. Mereka bahkan berjanji tak mau punya anak bahkan berkencan dan berhubungan seksual.

Kelompok feminis itu bernama '4B' atau 'Four Nos', yang merupakan kepanjangan dari 'no dating, no sex, no marriage, and no child-rearing', yang artinya adalah tidak berkencan, tidak melakukan seks, tidak menikah, dan tidak mengasuh anak.

Menurut laporan, satu dekade lalu, hampir 47% wanita Korea yang lajang dan belum menikah mengatakan bahwa mereka menganggap pernikahan itu perlu. Namun sejak 2018, jumlahnya turun menjadi 22,4%.

Sementara itu, jumlah pasangan yang menikah merosot menjadi 257.600 pasangan saja, turun dari 434.900 pernikahan pada tahun 1996. Akibat hal ini, Korsel terancam menghadapi bencana demografis yang membumbung tinggi.

Saat ini, tingkat kesuburan total di Korsel turun menjadi 0,98 pada tahun 2018. Persentase ini jauh di bawah 2,1% yang dibutuhkan untuk menjaga populasi tetap stabil.

Pemerintah memperkirakan populasi Korsel yang saat ini di angka 55 juta, akan turun menjadi 39 juta pada tahun 2067. Pada tahun itu, setengah dari populasi negara tersebut akan berusia 62 tahun atau lebih.

China

Malasnya orang memiliki anak terjadi di China. Hal ini membuat pemerintah secara mengejutkan memperbolehkan pasangan memiliki tiga anak sejak Mei 2021.

Ini merupakan kebijakan besar di negara terpadat penduduknya itu. Selama ini China mengontrol ketat jumlah penduduknya dengan hanya mengizinkan satu keluarga memiliki dua anak.

Dari sensus nasional yang dilaporkan 11 Mei lalu, tingkat pertumbuhan tahunan China rata-rata adalah 0,53% selama 10 tahun terakhir. Ini turun dari tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata 0,57% antara tahun 2000 dan 2010.

Angka kelahiran China terus menurun sejak 2017. Meskipun China melonggarkan "kebijakan satu anak" yang sudah disahkan selama puluhan tahun untuk mencegah krisis demografis di sana, angka tak kunjung naik.

Resesi seks ini disebabkan penurunan angka pernikahan dalam beberapa tahun terakhir. Pasangan bergumul dengan mahalnya biaya membesarkan anak di kota-kota besar.

Perempuan juga secara alami menunda atau menghindari persalinan karena pemberdayaan mereka yang semakin meningkat. Hal-hal berbau seksual yang bisa menyebabkan mereka hamil jadi dihindari.

(hps/hps)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular